Posts tagged ‘Fatah’

Alhamdulillah, Majelis Umum PBB Akhirnya Mengakui Palestina sebagai Negara

Perjuangan Palestina untuk mendapat pengakuan dunia sebagai negara berdaulat akhirnya mendapat hasil gemilang. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa hari Kamis (29/11/2012) secara mayoritas mengakui Palestina sebagai sebuah ‘negara non-anggota’ di organisasi dunia itu. Sebuah kemenangan bagi Palestina, khususnya Presiden Mahmud Abbas, di mata Amerika dan Israel yang menentangnya.

Dari 193 negara anggota Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 138 negara anggota menyetujui Palestina tidak lagi hanya berstatus sebagai “entitas pengamat” melainkan sudah menjadi “negara pengamat non-anggota.”

Ini merupakan hasil pemungutan suara Majelis Umum PBB, Kamis 29 November 2012. Namun, pengakuan Palestina ini tidak disetujui semua negara anggota Majelis Umum PBB, terutama AS dan Israel.

Sembilan negara menentang, 41 abstain, serta tiga negara tidak ikut serta dalam pemungutan suara untuk menaikkan status Palestina dari “entitas pengamat” menjadi “negara pengamat non-anggota” di PBB. Dengan dikabulkannya permohonan Palestina melalui pemungutan suara, maka secara tidak langsung kedaulatan Palestina sebagai negara sudah diakui.

Majelis Umum PBB ini menyetujui peningkatan status Palestina meski ada ancaman dari Amerika Serikat dan Israel yang akan menghukum Palestina dengan menahan dana bagi Pemerintah di Tepi Barat. Perwakilan PBB mengatakan, Israel mungkin akan menghindari pembalasan selama Palestina tidak bergabung dalam Mahkamah Kejahatan Internasional (ICJ).

Dukungan mayoritas untuk Palestina itu mencuat setelah pidato Presiden Mahmoud Abbas yang mengecam Israel karena “kebijakan agresif dan kejahatan perang” di podium PBB, menimbulkan respon marah dari negara Yahudi.

“Hari ini, 65 tahun yang lalu, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 181 yang membagi tanah bersejarah Palestina menjadi dua negara. Ini menjadi sertifikat kelahiran Palsetina,” kata Abbas di depan 193 negara anggota majelis. “Majelis Umum PBB kini dipanggil untuk mengeluarkan sertifikat kelahiran negara Palestina,” katanya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan cepat merespons pidato Abbas itu sebagai pernyataan “bermusuhan dan beracun,” dan penuh “propaganda palsu.”

“Itu bukan kata-kata dari seseorang yang ingin damai,” tambah Netanyahu dalam rilis dari kantornya di Israel.

Setidaknya, 17 negara di Eropa mendukung lahirnya Negara Palestina, Austria, Prancis, Italia, Norwegia, dan Spanyol. Ini merupakan hasil upaya Abbas yang fokus melobi Eropa. Sementara Inggris, Jerman, dan lain-lain memilih untuk abstain.

Sementara Republik Ceko bergabung dengan Amerika Serikat, Israel, Kanada, Panama dan empat negara kecil di Pasifik yaitu: Nauru, Palau, Micronesia dan Marshall Islands. Selain AS dan Israel, tujuh negara tersebut hanyalah negara kecil yang tak akan membawa pengaruh bagi Palestina. Mereka menentang gerakan mendukung resolusi Palestina.

Meskipun bukan merupakan anggota penuh sekarang Palestina dapat bergabung dengan badan-badan PBB dan berpotensi bergabung dengan Mahkamah Kejahatan Internasional (ICJ). Hal ini merupakan langkah maju diplomasi Palestina untuk memperoleh pengakuan kemerdekaan.

Presiden Palestina Mahmud Abbas yang hadir di sidang tersebut langsung memeluk menteri luar negerinya setelah pemungutan suara berlangsung. Dalam pidatonya sekitar 20 menit, Abbas mengatakan bahwa anggota PBB harus segera mengeluarkan ‘akta kelahiran’ Palestina.

Namun Dubes AS Susan Rice menentang hasil voting ini. AS masih menolak keberadaan Palestina sebagai sebuah negara. “Resolusi ini tidak menetapkan bahwa Palestina adalah sebuah negara,” kata Susan.

AS memang menghalangi keinginan Palestina untuk keanggotaan penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diajukan Abbas pada September 2011 lalu.


Peta wilayah Negara Palestina yang masih diduduki Zionis Israel

Palestina akhirnya dapat ‘Akta Kelahiran’ Negara dari PBB

Permintaan ‘akta kelahiran’ atas negara Palestina disetujui oleh 138 negara anggota MU-PBB. Sembilan negara mengikuti Israel yang berpendapat bahwa pengakuan atas Palestina hanya akan menaikkan intensitas konflik. Empat puluh satu negara lainnya memilih abstain, lapor AFP.

Hasil pemungutan suara di MU-PBB itu menaikkan status Palestina, yang semula hanya diakui sebagai ‘entitas pengamat’, menjadi sebuah ‘negara pengamat non-anggota’ di PBB. Kedudukan yang terakhir ini sama seperti Vatikan, otoritas tertinggi Katolik dunia yang wilayahnya berada di dalam kota Roma, Italia.

Meskipun bukan sebagai negara anggota penuh, status baru Palestina memungkinkan negara yang sekarang sedang dijajah Zionis Israel itu untuk bergabung dalam lembaga-lembaga PBB lain, seperti Mahkamah Kejahatan Internasional (ICJ).

Jika Palestina menjadi anggota ICJ, maka negara itu berhak untuk menuntut negara dan tokoh Zionis ke meja hijau sebagai pelaku kejahatan perang dan kemanusiaan. Hal ini adalah sebuah ketakutan tersendiri bagi Zionis Israel, dan menjadi salah satu alasan mengapa negara Yahudi itu –dengan dukungan Amerika Serikat– selalu menentang pengakuan PBB atas Palestina.

Sementara itu, kemungkinan Palestina akan kehilangan dana bantuan dari Washington sudah di depan mata. Hal itu disebabkan undang-undang negara AS melarang mendanai lembaga-lembaga internasional yang mengakui eksistensi negara Palestina. Gedung Putih sebelumnya sudah memperingatkan Presiden Mahmud Abbas bahwa Palestina akan kehilangan sekitar US$200 juta, yang diblokir oleh Kongres Amerika Serikat.

Israel mempertimbangkan untuk menahan dan tidak mentransfer uang pajak yang dipungutnya dari rakyat Palestina, sebuah tindakan yang kerap dijadikan alat untuk mengancam pemerintah Palestina yang bergantung pada uang tersebut.

Hamas: Hasil Voting di PBB Kemenangan Bagi Rakyat Palestina

Gerakan Hamas yang berkuasa di Gaza menyambut gembira peningkatan status Palestina sebagai “entitas penagmat” menjadi “negara pengamat non-anggota” dalam sebuah voting di Sidang Umum PBB. Hasil voting itu sama saja dengan mengakui Palestina sebagai negara. Hamas menyebut hal itu sebagai “kemenangan” bagi rakyat Palestina.

“Ini merupakan kemenangan baru menuju pembebasan Palestina dan kami mengucapkan selamat kepada diri kami sendiri,” kata pejabat senior Hamas Ahmed Yussef kepada AFP, Jumat (30/11/2012).

“Kami di Hamas menganggap ini prestasi bersama yang menaburkan suka cita pada rakyat kami,” tambahnya.

Kepemimpinan Hamas di Gaza sebelumnya menentang upaya peningkatan status Palestina di PBB yang dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas. Abbas merupakan pemimpin faksi Fatah, rival Hamas.

Namun setelah kepala politibiro Hamas Khaled Meshaal mengungkapkan dukungan publik terhadap upaya itu bersama pemimpin lainnya di pengasingan – pemerintah Gaza berbalik mendukung upaya tersebut.

Pejabat Hamas di pengasingan Izzat al-Rishq, menulis di halaman Facebooknya hari ini, memuji hasil voting Sidang Umum PBB.

“Kami menyambut baik keputusan Majelis Umum PBB untuk memberikan status kepada Palestina sebagai negara pemantau non-anggota dan kami menganggap hal ini menjadi keuntungan bagi rakyat kami, meskipun Palestina layak mendapat lebih dari itu,” tulisnya.

Di masa lalu Hamas mengkritik proposal peningkatan status Palestina dengan menganggapnya sebagai langkah sepihak, diambil oleh Abbas tanpa konsultasi dengan semua gerakan politik Palestina. Hamas juga memperingatkan bahwa proposal peningkatan status itu bisa membahayakan hak-hak rakyat Palestina sendiri.

Namun dukungan terhaadap upaya Abbas itu muncul dari pemimpin Hamas di pengasingan. Hal ini memicu spekulasi bahwa Hamas telah siap untuk melakukan diskusi rekonsiliasi kembali dengan gerakan Fatah pimpinan Abbas.

Sementara pemimpin Palestina menyatakan, prioritas utamanya setelah kemenangan di PBB adalah mencoba melanjutkan diskusi yang mandek itu, sejak kedua pihak menandatangani perjanjian rekonsiliasi di Kairo tahun lalu.

Pentingnya Pengakuan PBB Bagi Palestina

Peran Palestina akan meningkat, ini yang ditakutkan Israel.

Peningkatan status Palestina di PBB bukan hanya sekedar langkah simbolis mendapatkan pengakuan kedaulatan. Namun, peningkatan status ini berarti juga meningkatnya peran Palestina di kancah Internasional, dan ini yang paling ditakuti oleh Israel.

Kemenangan Palestina ditandai dengan dukungan 138 negara anggota PBB dan hanya 9 yang menolak, sementara 41 abstain. Status “entitas” yang disandang Palestina sejak tahun 1974 kini berubah menjadi “negara non-anggota”.

Dengan status baru ini, posisi Palestina setara dengan Vatikan. Sebelumnya, Swiss juga pernah menjadi negara pengamat non-anggota selama lebih dari 50 tahun dan baru jadi anggota tetap pada 2002 lalu.

Dengan status ini, Palestina punya hak berbicara pada sidang PBB. Untuk menjadi negara non-anggota tidak perlu melalui voting di Dewan Keamanan yang sudah pasti akan diveto oleh Amerika Serikat. Hal ini pernah dialami Palestina tahun lalu saat berupaya menjadi negara anggota PBB.

“Palestina mulai saat ini akan dianggap sebagai negara, berdasarkan hukum dan hubungan internasional. Tapi tidak bisa menjadi anggota PBB, karena harus melalui voting di Dewan Keamanan PBB,” ujar Iain Scobbie, Profesor di Universitas London fakultas Studi Oriental dan Afrika.

Scobbie mengatakan, pengakuan kali ini akan membuat daya tawar Palestina terhadap Israel menjadi lebih tinggi. Palestina bisa menjadi anggota dari badan-badan PBB. Selain itu, yang paling ditakutkan Israel, Palestina bisa bergabung dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Dengan keanggota di ICC, Palestina bisa mengajukan gugatan terhadap kejahatan Israel di Gaza dan Tepi Barat. Palestina juga bisa menyeret Israel ke ICC atas kejahatan perang.

Sebelumnya pada April lalu, ICC menolak permintaan Palestina untuk menyelidiki Perang Gaza tahun 2008-2009 karena tidak dianggap sebagai negara.

“Jika Palestina sukses bergabung dengan ICC, maka akan jadi masalah besar bagi Israel yang melakukan operasi militer di Tepi Barat dan Gaza. Jika ICC mengeluarkan perintah penangkapan, maka warga Israel yang keluar dari negara itu bisa ditangkap,” kata Scobbie.

Inilah yang membuat Israel dan AS galau. Pemerintahan Barack Obama mengancam akan memotong dana bantuan bagi agen PBB yang menerima Palestina sebagai anggota, hal ini pernah diterapkan pada Unesco tahun lalu. AS sebagai pendonor terbesar Palestina juga akan memotong bantuannya.

Namun, Palestina tidak gentar. Mereka mengatakan tetap akan maju memperjuangkan hak-hak yang selama ini diberangus. Otoritas Palestina mengatakan, Amerika tidak bisa lagi memeras mereka dengan uang.

Hasil Voting Majelis Umum PBB Merupakan Langkah Menuju Kemerdekaan Palestina

Pemimpin Palestina Mahmud Abbas menyambut hasil voting MU-PBB yang menyetujui peningkatan status Palestina di PBB. Hal ini disebutnya sebagai langkah bersejarah menuju kemerdekaan Palestina.

Namun diakui Abbas seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (30/11/2012), rakyat Palestina masih menghadapi “jalan panjang” untuk mendapatkan negara mereka sendiri. Abbas juga meminta dihentikannya perpecahan dengan kelompok Hamas yang menguasai Gaza.

“Hari ini benar-benar hari yang bersejarah. Hari ini kita telah mengambil satu langkah menuju kemerdekaan Palestina,” kata Abbas kepada para diplomat dan jurnalis usai voting Majelis Umum PBB yang mengakui Palestina sebagai negara non-anggota PBB.

“Di depan kita ada jalan yang panjang dan sulit. Saya tak ingin merusak kemenangan kami malam ini namun jalan ke depan masih tetap sulit,” tutur Abbas.

“Kami berkomitmen untuk mencapai hak-hak kami lewat perdamaian dan negosiasi. Kami tak akan takut dan kami akan terus menempuh semua upaya yang mungkin untuk mencapai tujuan kami secara damai,” imbuhnya.

Abbas pun mengatakan, perpecahan antara kelompoknya, Fatah dan kelompok Hamas harus dihentikan. “Secara internal sebagai rakyat Palestina, kita memiliki luka, yakni perpecahan dan kini saatnya untuk menyudahi perpecahan itu,” tandasnya.

Perkembangan Terkini : Hamas-Fatah Damai, Israel Ketakutan

PALESTINA_(F)_0505_-_Fatah_hamas_accordo
Rekonsiliasi Nasional Palestina antara faksi Fatah-Hamas

Kesepakatan damai Hamas dan Fatah benar-benar membuat rezim Zionis Israel cemas dan ketakutan.

Kemenangan gerakan perlawanan Islam Palestina dalam perang delapan hari di Gaza dan peningkatan status Palestina di Mejelis Umum PBB menjadi momen berakhirnya friksi antara Hamas dan Fatah. Demikian dilaporkan Qodsna (11/12/12).

Seperti dikutip dari laman Irib, keinginan Abu Mazen untuk mengunjungi Jalur Gaza, dukungan Hamas atas program Abu Mazen di PBB, pengumuman Fatah yang akan menggelar perayaan besar kemenangan Hamas di Tepi Barat, dan diakhirinya friksi enam tahun kedua gerakan perlawanan Palestina ini membuktikan niat baik para pemimpin Hamas dan Fatah untuk menciptakan rekonsiliasi nasional di Palestina.

Di sisi lain, dampak kesepakatan damai kedua kelompok perlawanan Palestina itu justeru membuat cemas rezim Zionis.

Bahkan, saluran Televisi Israel melaporkan, keputusan positif yang diambil Abu Mazen terkait Hamas seperti membebaskan seluruh anggota Hamas dari penjaranya di Tepi Barat, mengakhiri penangkapan politik dan kunjungan petinggi Fatah ke Jalur Gaza menunjukkan bahwa keputusan dua kelompok perlawanan Palestina itu untuk melakukan rekonsiliasi, serius dan akan segera terlaksana.

latuff_pal_reconciliation_3

Artikel terkait : Majelis Umum PBB Kemungkinan Besar Akan Naikkan Status Keanggotaan Palestina Di PBB Dari “Entitas Pengamat” Menjadi “Negara Pengamat”

sumber :
http://dunia.news.viva.co.id
http://news.detik.com
http://www.hidayatullah.com

WANTED : BENJAMIN NETANYAHU (Hidup atau Mati).!!

DICARI HIDUP ATAU MATI, PENJAHAT PERANG DAN ‘PEMBUNUH NO 1′ TERHADAP MUSLIM PALESTINA’

BAGI YANG MENDAPATKANNYA HIDUP ATAU MATI, AKAN MEMPEROLEH HADIAH UANG TUNAI Rp. 1,- (Harga kepala Benjamin Netanyahu tidak bernilai, bahkan lebih rendah dari harga seekor lalat!)

Siapakah Benjamin Netanyahu?

Benjamin “Bibi” Netanyahu (Hebrew: בִּנְיָמִין “בִּיבִּי” נְתַנְיָהוּ), bahasa Arab: بنيامين نتنياهو, Binyyameen Natayahu; lahir di Tel Aviv, Israel, 21 Oktober 1949; umur 63 tahun) adalah Perdana Menteri Israel. Ia menjabat juga sebagai Ketua Partai Likud, sebagai anggota Knesset, sebagai Menteri Kesehatan Israel, sebagai Menteri Urusan Pensiunan Israel, dan sebagai Menteri Strategi Ekonomi Israel.

Netanyahu adalah menteri pertama dan satu-satunya Perdana Menteri Israel yang lahir di Israel setelah fondasi Negara Israel. Netanyahu bergabung dengan Angkatan Pertahanan Israel pada tahun 1967 di mana ia menjabat sebagai komandan di unit komando elit yaitu Sayeret Matkal, mengambil bagian dalam berbagai misi termasuk misi penyelamatan sandera dari Sabena Penerbangan 571 dibajak pada tahun 1972 (kebetulan di bawah pimpinan Ehud Barak). Dia berjuang di Perang Yom Kippur pada tahun 1973 dan mencapai pangkat kapten sebelum habis. Netanyahu menjabat sebagai Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-bangsa 1984-1988, anggota Partai Likud, dan Perdana Menteri dari bulan Juni 1996 sampai Juli 1999. Netanyahu Menteri Luar Negeri (2002-2003) dan Menteri Keuangan (2003-Agustus 2005) di pemerintah Ariel Sharon, tapi ia berangkat dari perbedaan pendapat mengenai rencana perpisahan jalur Gaza. Dia merebut kembali kepemimpinan Likud pada tanggal 20 Desember 2005. Pada pemilu 2006, Likud tidak buruk, memenangkan dua belas kursi. Pada bulan Desember 2006, Netanyahu menjadi pejabat Pemimpin Oposisi di Knesset dan Ketua Partai Likud. Pada bulan Agustus 2007, ia mempertahankan kepemimpinan Likud dengan mengalahkan Moshe Feiglin dalam pemilihan partai.Setelah pemilihan parlemen 10 Februari 2009, dimana Likud ditempatkan pihak kedua dan sayap kanan memenangkan mayoritas, Netanyahu membentuk pemerintahan koalisi. Dia adalah saudara Komandan Pasukan Khusus Israel Yonatan Netanyahu, yang meninggal selama misi penyelamatan sandera, dan Ido Netanyahu, seorang penulis Israel dan dramawan.

Pada tahun 2010, majalah Inggris New Statesman terdaftar Benjamin Netanyahu di 11 dalam daftar “50 Dunia Angka Paling Berpengaruh 2010”.

LATAR BELAKANG KELUARGA DAN PRIBADI

Benjamin ialah putra Zila dan Ben-Zion Netanyahu (nama aslinya Milikowsky). Sanak keluarga Netanyahu berasal dari Lituania (salah satu negara di eropa timur, bekas pecahan Uni Sovyet). Ben-Zion ialah profesor Sejarah Yahudi dan mantan editor Hebrew Encyclopedia (Ensiklopedi Ibrani), dan bekas pembantu senior dari Zeev Jabotinsky. Kakaknya Yonatan ialah militer yang terbunuh pada Operasi Entebbe pada 1976. Adiknya Iddo ialah radiolog dan penulis. Ketiga bersaudara ini pernah berdinas di satuan pengintai Sayeret Matkal.

Ketika ia berusia 14 tahun, keluarganya pindah ke Amerika Serikat dan menetap di Cheltenham Township, Pennsylvania, sebuah daerah pinggiran kota Philadelphia. Ia lulus dari SMA Cheltenham. Ia memiliki gelar B.Sc dalam Arsitektur dari Institut Teknologi Massachusetts, dan MBA dari MIT Sloan School of Management. Ia juga pernah belajar ilmu politik di Harvard dan MIT. Setelah sekolah pasca-sarjana, Netanyahu kembali ke Israel. Netanyahu mempunyai seorang anak perempuan, Noa, dari pernikahannya yang pertama dengan Micki Weizman. Pernikahan Netanyahu uang kedua adalah dengan Fleur Cates, yang berpindah menjadi pemeluk Yudaisme karena hanya ayahnya yang Yahudi. Kini ia beristrikan Sarah, istrinya yang ketiga, dan dari dia ia memperoleh dua orang anak yaitu Yair and Avner.

Setelah terjun sebentar di dunia bisnis, Netanyahu diangkat menjadi Wakil Kepala Misi dari Kedutaan Besar Israel di Washington, D.C. pada 1982. Kemudian ia diangkat menjadi duta besar Israel untuk Amerika Serikat, dari 1984 hingga 1988. Ia terpilih menjadi anggota Knesset pada 1988 dan duduk di pemerintahan yang dipimpin oleh Yitzhak Shamir dari 1988 hingga 1992. Shamir pensiun dari politik tak lama setelah kekalahan Likud dalam pemilu 1992. Pada 1993, untuk pertama kalinya partai ini mengadakan pemilihan pendahuluan untuk memilih pemimpinnya, dan Netanyahu menang setelah mengalahkan Binyamin Ze’ev Begin, anak almarhum PM Menachem Begin, dan politikus veteran David Levy. (Ariel Sharon mula-mula juga ikut memperebutkan kepemimpinan Likud, namun segera mengundurkan diri ketika jelas bahwa ia akan mendapatkan dukungan yang sangat kecil.)

PERDANA MENTERI (1996-1999)

Netanyahu dipilih pada 1996 setelah gelombang aksi jihad pejuang Palestina menyerang warga sipil Israel. Shimon Peres-yang didukung di TPS-tak bisa menghentikannya dan kepercayaan publik padanya merosot dengan cepat Pada 3 dan 4 Maret 1996, pejuang Palestina mengadakan 2 serangan aksi jihad yang mematikan dan membunuh 32 warga Israel. Kedua serangan itu ialah katalisator utama dalam kejatuhan Peres, yang akhirnya melenyapkan hak pilih karena ketidakmampuannya menghentikan aksi jihad melawan orang-orang Israel. Tak seperti Peres, Netanyahu tak percaya pada ‘jasa baik’ Yasser Arafat dan memelihara kemajuan proses perdamaian terhadap Otoritas Palestina memenuhi kewajibannya-terutama melawan pejuang Palestina. Slogan kampanyenya ialah “Netanyahu-menjaga Perdamaian”.

Sering pemerintahan yang baru mengabaikan yang telah menjadi keputusan pemerintahan sebelumnya. Begitu juga Netanyahu yang berasal dari garis keras Israel ini. Perdamaian yang telah dirintis pendahulunya Yitzhak Rabin dan Shimon Peres diabaikan begitu saja. Sebagai contoh, menurut hasil kesepakatan Perjanjian Oslo, pasukan Israel mesti ditarik dari sejumlah daerah pendudukannya. Namun, sampai beberapa tahun, hal itu tak direalisasikan akibat pergantian pemerintahan.

Sebagai PM ia berunding dengan Yasser Arafat pada forum Persetujuan Wye, namun banyak pernyataan ia mencoba mematikan banyak kemajuan. Pendekatan Netanyahu untuk perundingan perdamaian terkenal dengan:
“Jika mereka akan memberi – mereka akan menerima. Jika mereka takkan memberi – mereka takkan menerima”.

“יתנו – יקבלו. לא יתנו – לא יקבלו”

Tiada kemajuan dalam pembicaraan perdamaian dengan orang-orang Palestina dan Netanyahu gagal mewujudkan langkah yang disetujui atas Persetujuan Oslo. Pada 1996, Netanyahu dan walikota Yerusalem Ehud Olmert memutukan membuka keluaran Tembok Barat. Ini meletuskan 3 hari pergolakan dari orang-orang Palestina, mengakibatkan lebih dari selusin warga Israel dan ribuan warga Palestina terbunuh.

Walaupun ia berprogram melawan ‘terorisme’, Netanyahu dibenci kebanyakan elit dan media massa yang dikenal dengan sayap kiri Israel. Setelah serentetan skandal yang panjang (termasuk gosip tentang istrinya) dan pengusutan membuka perlawanan padanya dalam tuduhan korupsi, Netanyahu kehilangan dukungan dari publik Israel.
Setelah dikalahkan Ehud Barak pada Pemilu Israel 1999, secara temporer Netanyahu beristirahat dari politik.

BIOGRAFI

Awal hidup, dinas militer, pendidikan dan karir publik

Netanyahu lahir tahun 1949 di Tel Aviv dari pasangan Zila dan profesor Benzion Netanyahu, anak tengah dari tiga bersaudara. Semula, dia dibesarkan dan dididik di Yerusalem. Antara 1956 dan 1958, dan lagi pada 1963-1967, keluarganya tinggal di Amerika Serikat di Cheltenham, Pennsylvania, pinggiran Philadelphia, di mana ia menghadiri dan lulus dari Cheltenham High School dan aktif dalam klub debat. Sampai hari ini, ia berbicara bahasa Inggris dengan logat Amerika. Lebih tepatnya, ia masih mempertahankan sebagian besar aksen Philadelphia-nya.

Pada tahun 1967, setelah lulus dari sekolah tinggi, Netanyahu kembali ke Israel untuk terdaftar di IDF. Ia menjabat sebagai seorang prajurit tempur dan seorang komandan dalam unit pasukan elit khusus IDF, yaitu Sayeret Matkal. Ia terlibat dalam misi penyelamatan Sabena Penerbangan 571 dibajak Mei 1972 di mana dia terluka oleh api ramah. Pada tahun 1972 Netanyahu meninggalkan tentara dengan pangkat kapten.

Setelah layanan pasukannya Netanyahu kembali ke Amerika Serikat, mempelajari dan memperoleh gelar BS gelar di bidang arsitektur dari Institut Teknologi Massachusetts pada tahun 1975, sebuah MS gelar dari MIT Sloan School of Management pada tahun 1977, dan belajar ilmu politik di Universitas Harvard. Pada saat itu ia mengubah namanya menjadi Benjamin Ben Nitai (Nitai, referensi baik Nitai Gunung dan dengan bijak Yahudi eponymous Nittai dari Arbela, adalah nama pena yang sering digunakan oleh ayahnya untuk artikel) Bertahun-tahun kemudian,. di wawancara dengan media, Netanyahu menjelaskan bahwa ia memutuskan untuk melakukannya untuk membuatnya lebih mudah bagi Amerika untuk mengucapkan namanya. Fakta ini telah digunakan oleh lawan politiknya untuk menuduh dia secara tidak langsung dari kurangnya identitas nasional Israel dan kesetiaan.

Setelah layanan pasukannya, Netanyahu kembali ke Amerika Serikat, mempelajari dan memperoleh gelar BS gelar di bidang arsitektur dari Institut Teknologi Massachusetts pada tahun 1975, sebuah MS Gelar dari MIT Sloan School of Management pada tahun 1977, dan belajar ilmu politik di Universitas Harvard. Pada saat itu, ia mengubah namanya menjadi Benjamin Ben Nitai (Nitai, referensi untuk kedua Gunung Nitai dan Yahudi bijak eponymous Nittai dari Arbela, adalah nama pena yang sering digunakan oleh ayahnya untuk artikel). Beberapa tahun kemudian, dalam sebuah wawancara dengan media, Netanyahu menjelaskan bahwa ia memutuskan untuk melakukannya untuk membuatnya lebih mudah bagi Amerika untuk mengenal namanya. Fakta ini telah digunakan oleh lawan politiknya untuk menuduh dia secara tidak langsung dari kurangnya identitas nasional Israel dan loyalitas.

Awal karir politik : 1988-1996

Sebelum pemilu legislatif Israel 1988, Netanyahu kembali ke Israel dan bergabung dengan partai Likud. Dalam pemilihan internal, Likud pimpinan Netanyahu Likud menjadapat daftar tempat kelima. Kemudian, ia terpilih sebagai anggota Knesset dari Knesset ke-12, dan yang ditunjuk sebagai wakil menteri luar negeri adalah Moshe Arens dan kemudian David Levy. Netanyahu dan Levy tidak bekerja sama karena terjadi persaingan di antara keduanya. Selama Konferensi Madrid 1991, antara Netanyahu dan anggota delegasi Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Yitzhak Shamir. Setelah Konferensi Madrid, Netanyahu diangkat sebagai Deputi Perdana Menteri pada Kantor Menteri Israel.
Setelah kekalahan dalam [Pemilihan Umum Legislatif Israel, 1992|pemilu legislatif 1992 Israel]], partai Likud mengadakan pemilihan utama pada tahun 1993 untuk memilih pemimpin, dan Netanyahu menang, mengalahkan Benny Mulailah, putra dari almarhum Perdana Menteri Menachem Begin, dan veteran politikus David Levy (Sharon awalnya yang semula mencari pimpinan partai Likud, tapi dengan cepat menarik ketika terbukti bahwa ia menarik dukungan minimal). Shamir pensiun dari politik tak lama setelah kekalahan Likud dalam pemilihan 1992.

Setelah pembunuhan Yitzhak Rabin, sementara penggantinya Shimon Peres memutuskan untuk menelepon pemilu awal untuk memberikan pemerintah mandat untuk memajukan proses perdamaian.Netanyahu, calon Likud untuk Perdana Menteri pada pemilu legislatif Israel 1986 yang berlangsung pada tanggal 26 Mei 1996 dan adalah pemilihan Israel pertama di mana Israel memilih Perdana Menteri secara langsung. Netanyahu menyewa Partai Republik Amerika untuk operasi politik Arthur Finkelstein untuk melakukan kampanye. Meskipun gaya Amerika, gigitan suara dan serangan tajam menimbulkan kritik keras dari dalam Israel yang terbukti efektif. (Metode ini kemudian disalin oleh Ehud Barak selama kampanye Pemilu 1999, dimana dia mengalahkan Netanyahu). Netanyahu memenangkan pemilu 1996, menjadi orang termuda dalam sejarah posisi dan Perdana Menteri Israel pertama yang dilahirkan di Negara Israel. (Yitzhak Rabin lahir di Yerusalem, di bawah Mandat Britania atas Palestina, sebelum berdirinya 1948 negara Israel).

Kemenangan Netanyahu atas terpilihnya pra-favorit Shimon Peres mengejutkan banyak kalangan. Katalis yang utama dalam kejatuhan yang kedua adalah gelombang pemboman bunuh diri lama sebelum pemilu, pada tanggal 3 dan 4 Maret 1996, Palestina dihantam dua bom bunuh diri, sehingga menewaskan 32 orang Israel. Peres tampaknya tidak mampu menghentikan serangan. Tidak seperti Peres, Netanyahu tidak percaya Yasser Arafat yang dikondisikan setiap kemajuan pada proses perdamaian pada Otoritas Nasional Palestina memenuhi kewajibannya – terutama memerangi terorisme, dan berlari dengan slogan kampanye “Netanyahu – membuat aman perdamaian “. Namun, meskipun Netanyahu memenangkan pemilihan Perdana Menteri, Buruh memenangkan pemilu Knesset, mengalahkan Likud-Gesher – aliansi Tzomet, yang berarti Netanyahu harus bergantung pada koalisi dengan Ultra-ortodoks pihak, Shas dan UTJ (yang kebijakan kesejahteraan sosial terbang dalam menghadapi pandangan kapitalistik-nya) untuk memerintah.

Periode Pertama sebagai Perdana Menteri: 1996–1999


Netanyahu dengan Yasser Arafat dan Nabil Shaath di Forum Ekonomi Dunia di Davos, 1997


Netanyahu duduk dengan Madeleine Albright dan Yassir Arafat di Sungai Wye Memorandum

Sebuah serentetan pemboman bunuh diri diperkuat posisi Likud untuk keamanan. Hamas mengaku bertanggung jawab atas sebagian besar pemboman.

Sebagai Perdana Menteri, Netanyahu menimbulkan banyak pertanyaan tentang tempat sentral Proses Perdamaian Oslo. Salah satu poin utamanya adalah ketidaksepakatan dengan premis Oslo bahwa perundingan harus dilanjutkan secara bertahap, yang berarti bahwa konsesi harus dilakukan untuk Palestina sebelum setiap resolusi dicapai pada isu-isu utama, seperti status [[[Yerusalem]], dan mengubah dari Piagam Nasional Palestina. Pendukung Oslo telah mengklaim bahwa pendekatan multi-tahap akan membangun goodwill antara Palestina dan akan mendorong mereka untuk mencari rekonsiliasi ketika isu-isu utama yang diangkat dalam tahap-tahap berikutnya. Netanyahu mengatakan bahwa konsesi hanya memberikan dorongan kepada elemen ekstremis, tanpa menerima apapun gerakan nyata. Ia menyerukan gerakan nyata goodwill Palestina sebagai imbalan untuk konsesi Israel. Meskipun perbedaan lainnya dengan Oslo Accords, Perdana Menteri Netanyahu terus melaksanakannya, tetapi Perdana Ministership melihat ditandai lambat-down dalam Proses Perdamaian.

Pada tahun 1996, Netanyahu dan walikota Yerusalem Ehud Olmert memutuskan untuk membuka keluar di Quarter Arab untuk Western Wall Tunnel, yang sebelum Perdana Menteri Shimon Peres telah memerintahkan harus ditunda demi perdamaian.[14] This sparked three days of rioting by Palestinians, resulting in both Israelis and Palestinians being killed.

Pada Januari 1997, Netanyahu menandatangani Protokol Hebron dengan Palestina yang mengakibatkan pemindahan pasukan Israel di Hebron dan omset otoritas sipil di sebagian besar wilayah ke Otoritas Palestina.
Kurangnya kemajuan proses perdamaian memunculkan adanya negosiasi baru yang menghasilkan Sungai Wye Memorandum pada tahun 1998 yang rinci melalui langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah Israel dan Otoritas Palestina untuk melaksanakan Perjanjian Interim awal 1995. Hal itu ditandatangani oleh Netanyahu dan Ketua PLO Yasser Arafat. Pada tanggal 17 November 1998, 120 anggota parlemen Israel, anggota Knesset, menyetujui Memorandum Sungai Wye dengan suara 75-19. Sebagai Perdana Menteri, Netanyahu menekankan kebijakan dari “tiga tidak ada”: tidak ada penarikan dari Dataran Tinggi Golan, tidak ada pembahasan kasus Yerusalem, tidak ada negosiasi di bawah prasyarat apapun.

Netanyahu ditentang oleh sayap kiri politik di Israel dan juga kehilangan dukungan dari kanan karena konsesi kepada Palestina di Hebron dan di tempat lain, dan karena negosiasi dengan Arafat umumnya. Setelah serentetan skandal yang panjang (termasuk gosip tentang pernikahannya) dan pengusutan membuka perlawanan padanya dalam tuduhan korupsi (kemudian dibebaskan), Netanyahu kehilangan dukungan dari publik Israel.

Setelah dikalahkan oleh Ehud Barak pada pemilihan Perdana Menteri 1999, secara temporer Netanyahu beristirahat dari politik.

Kegiatan politik setelah tahun 2000


Benjamin Netanyahu

Pada 2002 setelah Partai Buruh Israel meninggalkan kekuasaan dan mengosongkan jabatan Menlu, PM Ariel Sharon mengangkat Netanyahu sebagai Menteri Keuangan. Netanyahu meragukan Sharon pada kepemimpinan dalam partai Likud tetapi gagal memecat Sharon. Setelah pemilihan 2003, Netanyahu menerima jabatan Menteri Keuangan dalam koalisi terbaru bentukan Sharon. Netanyahu tak sekarang mendukung konsep negara Palestina di masa depan, meski pada 2 kesempatan pada tahun 2001, ia menunjukkan keinginannya mempertimbangkan gagasan “Komite Sentral Likud Menolak Negara Palestina” (Haaretz Daily, 13 Mei 2002).

Sebagai Menteri Keuangan, Netanyahu menjalankan rencana ekonomi yang hebat untuk memperbaiki ekonomi Israel dari keterpurukannya selama Intifadah al Aqsa. Rencana itu meliputi langkah terhadap pasar bebas, walau telah dilihat banyak lawannya kontroversial.

Pada 7 Agustus 2005, Netanyahu mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan dalam protes terhadap rencana penarikan Israel dari Jalur Gaza dan digantikan oleh Ehud Olmert.

Menyusul penarikan Ariel Sharon dari Likud, Netanyahu ialah salah satu calon yang mengincar jabatan kepemimpinan. Percobaan terbarunya sebelum ini ialah pada September 2005 saat ia mencoba memegang lebih awal untuk kedudukan ketua Partai Likud position, sedangkan partai ini masih berkuasa dalam kancah perpolitikan Israel- lalu secara efektif mendepak Ariel Sharon dari jabatannya. Partai ini menolak usul itu. Netanyahu mengambil kembali kepemimpinan pada 20 Desember dengan 47% suara.

Keluarga dan kehidupan pribadi

1. KAKEK : Nathan Mileikowsky
(Penulis dan aktivis Zionist)

2. AYAH : Benzion Netanyahu
(Profesor Sejarah dan aktivis Zionist)

3. BIBI : Elisha Netanyahu
(Profesor Matematika)

4. BIBI : Shoshana Shenburg
(Hakim Pengadilan Agung Israel)

5. KAKAK KANDUNG : Yonatan Netanyahu
(Komandan Sayeret Matkal)

6. Benjamin Netanyahu
(Perdana Menteri Israel)

7. ADIK KANDUNG : Iddo Netanyahu
(Radiologis, penulis dan dramawan)

8. SAUDARA TIRI : Nathan Netanyahu
(Guru Besar Ilmu Komputer)

Terkait dengan Rabbi Eliyahu dari Vilna (yang Gaon Vilna) di sisi pihak ayah,Netanyahu lahir di Tel Aviv,Benzion Netanyahu (Mileikowsky nama asli) dan Cela (Tsilah; Segal née). Ibunya lahir pada tahun 1912 di Petah Tikva, bagian dari masa depan Mandat Britania atas Palestina yang akhirnya menjadi Israel. Meskipun semua kakek-neneknya lahir di Kekaisaran Rusia (sekarang Belarusia, Lithuania dan Polandia), orang tua ibunya pindah ke Minneapolis di Amerika Serikat. Ayah Netanyahu adalah seorang profesor mantan [[sejarah [Yahudi]] di Universitas Cornell,editor mantan Encyclopaedia Hebraica, dan seorang pembantu senior mantan Ze’ev Jabotinsky, yang tetap aktif dalam penelitian dan penulisan ke 90-an nya. Kakek dari pihak ayahnya adalah Rabbi Natan Mileikowsky, terkemuka rabbi Agama Zionis dan penggalangan dana JNF.
Netanyahu saudara yang lebih tua, Yonatan, tewas dalam Uganda selama Operasi Entebbe pada tahun 1976. Adiknya, Ido, adalah seorang radiolog dan penulis. Ketiga saudara bertugas di yaitu Sayeret Matkal unit pengintai dari Angkatan Pertahanan Israel.

Perkawinan pertama Netanyahu dengan Dr Miriam Weizmann, di mana pasangan ini memiliki anak perempuan bernama Noa. Perkawinan yang kedua (1981-1984) dengan Fleur Cates, warga Inggris yang dia temui saat mereka berdua tinggal di Boston. Pada tahun 1991, Netanyahu menikah dengan istri ketiganya, Sara Ben-Artzi, psikologi bekerja sebagai pramugari, yang dijumpainya dalam penerbangan El Al dari New York ke Israel. Dia dan Sara memiliki dua putra, Yair dan Avner.
Pada semester pertama tahun 2008, dokter mengeluarkan sebuah polip usus besar polip kecil yang terbukti menjadi jinak.
Netanyahu menjadi seorang kakek pada tanggal 1 Oktober 2009 ketika putrinya, Noa Netanyahu-Roth (menikah dengan Daniel Roth) melahirkan seorang anak laki-laki, Shmuel.

Buku karangan Benjamin Netanyahu
Selama bertahun-tahun Benjamin Netanyahu menulis lima buku, tiga di antaranya fokus pada anti-terorisme. Buku-buku yang ditulis meliputi:

1. Terorisme Internasional: Tantangan dan Respon (Lembaga Jonathon, 1980) (ISBN 0-87855-894-2)

2. Terorisme: Bagaimana Barat Bisa Menang (Farrar Straus & Giroux, 1986) (ISBN 0-380-70321-1)

3. Tempat antara Bangsa (Bantam, 1993) (ISBN 0-553-08974-9)

4. Memerangi Terorisme: Bagaimana Demokrasi Bisa Kalahkan Terorisme Domestik dan Internasional (Diane Pub Co, 1995) (ISBN 0-374-52497-1)

5. A Durable Peace: Israel dan Tempat Its antara Bangsa (Warner Books, 2000) (ISBN 0-446-52306-2)

Israel dibawah kepemimpinan PM. Benjamin Netanyahu Melakukan Pembersihan Etnis (Genosida) di Gaza (Palestina)

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam keras serangan-serangan yang dilancarkan Israel terhadap wilayah Jalur Gaza. Erdogan bahkan menuding Israel, dibawah kepemimpinan PM. Benjamin Netanyahu sedang melakukan pembersihan etnis di Gaza.

“Israel sedang melakukan pembersihan etnis dengan mengabaikan perdamaian di wilayah ini dan melanggar hukum internasional,” cetus Erdogan seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (20/11/2012).

“Israel sedang menduduki wilayah Palestina selangkah demi selangkah,” imbuh pemimpin Turki itu.

Menurut Erdogan, serangan-serangan udara Israel terhadap Gaza tak bisa dianggap sebagai pertahanan diri. Erdogan pun menyebut negara-negara Barat (Amerika Serikat, Uni Eropa dan Sekutunya) membantu apa yang disebutnya sebagai “negara teroris” dengan membiarkan kekerasan di Palestina.

“Cepat atau lambat, Israel akan menjawab untuk darah tak bersalah yang telah ditumpahkannya sejauh ini,” kata Erdogan.

Sebelumnya, Erdogan menuding Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) “menutup mata” atas serangan-serangan Israel terhadap rakyat Palestina. Menurut Erdogan, badan dunia itu memiliki standar ganda terhadap kaum muslim.

Israel Harus Diadili Atas Kejahatan Perang

Israel dibawah kepemimpinan PM Benjamin Netanyahu dianggap Iran sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas konflik di Gaza. Bahkan menurut pemerintah Iran, Israel harus diadili atas kejahatan perang.

“Baik Iran maupun Hamas tidak menginginkan konflik atau perang, atau bermaksud membahayakan nyawa orang-orang tak bersalah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (20/11/2012).

“Pihak yang bersalah adalah rezim kriminal Zionis (Israel), yang seharusnya diadili atas kejahatan perang,” cetus pejabat tinggi Iran itu dalam briefing mingguan.

Mehmanparast juga memuji “respons keras” dari Gaza dan menekankan pentingnya warga Palestina dipersenjatai untuk melawan Israel. “Yang penting adalah agar warga Palestina dipersenjatai untuk membela diri mereka,” tegas Mehmanparast.

Hal ini disampaikan menanggapi pernyataan Presiden Israel Shimon Peres sebelumnya. Peres menuding Iran lebih mendorong rakyat Palestina untuk terus melakukan serangan roket terhadap Israel daripada menegosiasikan gencatan senjata.


Peta Jalur Gaza/Palestina (Lokasi pembantaian kaum muslim palestina oleh ‘negara teroris’ Zionis Israel dibawah pimpinan PM. Benjamin Netanyahu)

sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Netanyahu
http://news.detik.com

Amerika Serikat Ancam PBB Jika Akui Kemerdekaan Palestina


John Bolton (Anggota Zionisme)

NEW YORK — Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), John Bolton, mengimbau Kongres agar dengan lantang menyuarakan bahwa segala bentuk resolusi di Majelis Umum PBB terkait kemerdekaan negara Palestina. Menurutnya, pengakuan kemerdekaan hanya akan berujung pada penghentian bantuan keuangan Amerika kepada lembaga internasional tersebut.

Di masa jabatan John Bolton, Zionis Israel pernah menyebutnya sebagai diplomat kedelapannya. Pada era itu, Bolton senantiasa mengorbankan kepentingan Amerika Serikat demi tuntutan ilegal Israel.

Foreign Policy pernah menulis, Bolton juga mengingatkan Kongres bahwa ancaman penghentian bantuan kemanusiaan kepada PBB itu harus dikemas dalam sebuah keputusan Kongres.

Bolton menekankan ancaman bahwa Amerika Serikat akan menghentikan kerjasamanya dengan PBB.

“Jika Majelis Umum PBB tidak memperhatikan peringatan tersebut, maka seluruh bantuan yang diberikan Washington kepada Sekretariat Jenderal PBB di New Yok akan dihentikan,” tegas Bolton.


Peta Negara Palestina Merdeka

Menyinggung sidang September mendatang serta kesepakatan rekonsiliasi nasional antara Hamas dan Fatah dalam membentuk pemerintahan bersatu, Foreign Policy menyebutkan, “Apakah PBB memilih mengakui kemerdekaan bangsa Palestina, atau lebih memilih menerima kelanjutan bantuan dana dan menolak kemerdekaan Palestina?”. Nah, jika PBB lebih memilih terakhir, akan semakin jelas, kemana PBB berpihak.

sumber: http://hidayatullah.com