Posts tagged ‘Israel’

Palestina dalam Nubuwat Akhir Zaman

Kelak di Asqolan, yang kini dalam cengkeraman penjajah Zionis Israel akan menjadi salah satu tempat terbaik untuk ribath

Palestina dalam Nubuwat Akhir Zaman

Kompleks Masjidil Aqsha di Palestina

Oleh: Abu Fatiah Al-Adnani

PERISTIWA Ramadhan 1435 H merupakan ujian keimanan yang cukup berat. Pasukan Zionis Israel mengulang kembali kebrutalannya sebagaimana Gaza 2 atau 5 tahun yang silam. Tanpa ada perang terbuka seperti yang terjadi saat ini, sebenarnya kaum Muslimin di Gaza dan Palestina juga tidak pernah merasakan kedamaian dan ketentraman hidup yang layak. Sebab, kaum Zionis tiada henti melakukan konspirasi dan kedzaliman.

Kedzaliman semacam ini telah berlangsung di Palestina selama puluhan tahun. Bahkan sejarah negeri Syam yang di dalamnya termasuk Palestina merupakan sejarah yang tidak pernah sepi dari peperangan antara kaum Muslimin dengan bangsa Yahudi dan Nashrani. Perang Salib adalah sedikit contoh bagaimana penduduk Syam / Palestina memang tidak pernah berhenti pertarungan antara hak dan bathil.

Muncul pertanyaan dalam benak kita, apakah memang negeri itu sudah ditakdirkan menjadi ajang pertarungan yang tidak akan kunjung usai hingga datangnya kiamat? Nampaknya kita perlu melihat kembali apa yang telah diingatkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam dalam banyak nubuwatnya. Setidaknya, inilah beberapa nubuwat yang pernah disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam tentang negeri Syam / Palestina.

Pertama, Palestina akan menjadi bumi ribath sampai akhir zaman

Mu’awiyah bin Abi Sufyan berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menegakkan agama Allah, orang-orang yang memusuhi mereka maupun tidak mau mendukung mereka sama sekali tidak akan mampu menimpakan bahaya terhadap mereka. Demikianlah keadaannya sampai akhirnya datang urusan Allah.” Malik bin Yakhamir menyahut: Mu’adz bin Jabal mengatakan bahwa mereka berada di Syam.” Mu’awiyah berkata, “Lihatlah, ini Malik menyebutkan bahwa ia telah mendengar Mu’adz bin Jabal mengatakan bahwa kelompok tersebut berada di Syam.” [ HR. Bukhari: Kitabul Manaqib no. 3369 dan Muslim: dalam Kitabul Imarah no. 3548].

Tentang negeri Syam yang disebutkan dalam hadits di atas, riwayat di bawah ini memperjelas bahwa negeri Syam yang dimaksud adalah Palestina. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dari Abu Umamah, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berada di atas kebenaran, mengalahkan musuh-musuhnya, dan orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya terhadap mereka kecuali sedikit musibah semata. Demikianlah keadaannya sampai akhirnya datang urusan Allah.”“Wahai Rasulullah, di manakah kelompok tersebut?”tanya para sahabat. “Mereka berada di Baitul Maqdis dan serambi Baitul Maqdis.”

Maka, berbagai pertanyaan yang terus menggelayuti benak setiap Muslim; mengapa konflik di Palestina dan pertikaian antara umat Islam dan Yahudi tak kunjung usai, barangkali bila dilacak dari sudut pandang takdir bisa dijawab dengan hadits ini. Sungguh, negeri Palestina tidak akan pernah sepi dari peperangan antara kaum Muslimin dengan musuh-musuhnya. Dan, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat di atas, musibah apapun yang ditimpakan oleh musuh-musuh Islam terhadap kaum Muslimin di Palestina, hal itu tidak memberikan madharat kecuali sedikit musibah.

Maknanya, bahwa sehebat apapun gempuran musuh yang ditimpakan terhadap umat Islam di Palestina, maka hal itu tidak akan pernah membuat komunitas di negeri itu lenyap. Ada semacam jaminan bahwa umat Islam di negeri itu akan tetap eksis. Dan jihad di negeri itu akan terus berlanjut sampai akhir zaman; sampai kaum Muslimin berhasil mengalahkan Dajjal.

Kedua, Palestina akan menjadi Bumi Hijrah di Akhir Zaman

Nubuwat lain yang juga menakjubkan adalah bahwa negeri Palestina ini akan menjadi bumi hijrah akhir zaman. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dari Abdullah bin Amru bin Ash berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Akan terjadi hijrah sesudah hijrah, maka sebaik-baik penduduk bumi adalah orang-orang yang mendiami tempat hijrah Ibrahim, lalu yang tersisa di muka bumi hanyalah orang-orang yang jahat. Bumi menolak mereka, Allah menganggap mereka kotor, dan api akan menggiring mereka bersama para kera dan babi.” [HR. Abu Daud. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 3202]

Ketiga, Palestina akan menjadi Tempat Tegaknya Khilafah di Akhir Zaman

Nubuwat lain yang disebutkan oleh Rasulullah n. adalah bahwa Palestina akan menjadi salah satu tempat tegaknya Khilafah di akhir zaman. Hal itu sebagaimana yang disebutkan bahwa Abdullah bin Hawalah Al-Azdi berkata, “Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau melihat kekhilafahan telah turun di bumi Al-Maqdis (Baitul Maqdis, Palestina), maka itu pertanda telah dekatnya berbagai goncangan, kegundah-gulanaan, dan peristiwa-peristiwa besar. Bagi umat manusia, kiamat lebih dekat kepada mereka daripada dekatnya telapak tanganku kepada kepalamu ini.” [HR: Abu Daud no. 2535]

Keempat,  Asqolan (wilayah Palestina yang kini dalam cengkeraman penjajah Zionis Israel) akan menjadi salah satu tempat terbaik untuk ribath

Dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah n bersabda, “Permulaan dari perkara Islam ini adalah kenabian dan rahmat. Kemudian tegaknya khilafah dan rahmat. Kemudian berdiri kerajaan dan rahmat. Kemudian berlaku pemerintahan (kerajaan kcil-kecil) dan rahmat. Kemudian orang-orang memperebutkan kekuasaan seperti kuda-kuda yang berebut makanan. Maka (pada saat seperti itu), hendaklah kalian berjihad. Sesungguhnya jihad yang paling utama adalah ribath, dan sebaik-baik ribath kalian adalah di Asqalan.” [HR. Thabrani].*

Rep: Admin Hidcom

sumber: http://www.hidayatullah.com

12 Universitas di London Sepakat Boikot ‘Zionist Israel’

LONDON — Pada tanggal 20 Oktober 2011 yang lalu, 12 universitas di London melakukan pertemuan untuk berdiskusi tentang Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) atas ‘Israel’ di kampus-kampus.

Organisasi-Organisasi yang mewakili ke-12 universitas tersebut adalah:
1. Kings College London Action Palestine
2. University College London Friends of Palestine
3. SOAS Palestine Society
4. LSE Palestine Society
5. Goldsmiths Palestine Campaign
6. Brunel Friends of Palestine
7. London Metropolitan University Palestine Society
8. Queen Mary Palestine Solidarity Society
9. Middlesex Free Palestine Society
10. Imperial Palestine Society

Acara terkait dukungan atas Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) tersebut diselenggarakan di Universitas London Union (ULU) pada Mei 2011. Berdasarkan hasil pemungutan suara di sana, disepakati bahwa pihak universitas mendukung dan bersedia mengkampanyekan BDS dalam rangka mendukung serikat Palestina. Dukungan ini diketuai oleh Wakil Presiden ULU Rillo Rackza.

Ada lebih dari 250 peserta, mayoritas mahasiswa hadir dalam pertemuan untuk mendengarkan presentasi Rafeef Ziadeh dari Komite Boikot Nasional Palestina, Ilan Pappe–seorang akademik ‘Israel’ di Universitas Exeter, Mike Cushman dari Komite Inggris untuk universitas-universitas Palestina, dan Karma Nabulsi–seorang akademik Palestina dari Universits Oxford.

Masing-masing pembicara diberi waktu sepuluh menit untuk presentasi yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama satu jam. Setelah sesi tanya jawab, Mehdi Beyati dari Kings College London Action Palestine memaparkan bahwa pihaknya sempat terlibat dalam proyek penelitian penggalangan dana Uni Eropa dengan sebuah perusahaan ‘Israel’ bernama Ahava.

Namun, Beyati melanjutkan, belum lama ini, serikat mahasiswa Kings menuntut pihak universitas untuk keluar dari proyek tersebut.*

Sumber : Sahabatalaqsha
Rep: Administrator
Red: Cholis Akbar

hidayatullah.com

Ruhul Islam Sultan Abdul Hamid II


Sultan Abdul Hamid II

Nama lengkap beliau adalah Abdul Hamid Khan ke-2 bin Abdul Majid Khan. Ia adalah putera Sultan Abdul Majid (dari istri kedua). Ibunya meninggal ketika beliau berusia 7 tahun. Ia adalah Sultan (Khalifah) ke-27 yang memerintah Daulah Khilafah Islamiyah Turki Utsmani. Abdul-Hamid menggantikan saudaranya Sultan Murad V pada 31 Agustus 1876.

Pada 1909 Sultan Abdul-Hamid II dicopot kekuasaannya melalui kudeta militer, sekaligus memaksanya untuk mengumumkan sistem pemerintahan perwakilan dan membentuk parlemen untuk yang kedua kalinya. Ia diasingkan ke Tesalonika, Yunani. Selama Perang Dunia I, ia dipindahkan ke Istana Belarbe. Pada 10 Februari 1918, Sultan Abdul-Hamid II meninggal tanpa bisa menyaksikan runtuhnya institusi Negara Khilafah (1924), suatu peristiwa yang dihindari terjadi di masa pemerintahannya. Ia digantikan oleh saudaranya Sultan Muhammad Reshad (Mehmed V) .

Sultan Abdul Hamid sangat pandai berbicara bahasa Turki, Arab dan Farsi. Ia juga mempelajari beberapa buku tentang sastra dan puisi. Ketika ayahnya, Abdul Majid meninggal, pamannya, Abdul Aziz menggantikan menjadi Sultan (Khalifah). Namun Abdul Aziz tak lama sebagai Sultan. Ia dipaksa turun dari tahta dan kemudian dibunuh oleh musuh politik pemerintah Utsmaniyyah. Ia diganti oleh Sultan Murad, anak lelakinya, tetapi beliau juga diturunkan dari tahta dalam waktu yang singkat karena tidak mampu memerintah.

Pada 31 Agustus 1876 (1293H) Sultan Abdul Hamid dilantik menjadi Sultan dengan disertai bai’ah oleh umat Islam. Ia berusia 34 tahun ketika itu. Sultan Abdul Hamid menyadari, sebagaimana yang beliau nukilkan dalam catatan hariannya, bahwa ketika pembunuhan pamannya, dan juga perubahan kepemimpinan yang cepat adalah merupakan satu konspirasi untuk menjatuhkan pemerintahan Islam.

Pribadi Sultan Abdul Hamid telah dikaji hebat oleh Orietalis Barat. Ia pemimpin sebuah negara yang sangat besar yang ketika itu dalam kondisi sekarat dan tegang. Ia menghabiskan lebih 30 tahun dengan konspirasi internal dan eksternal, peperangan, revolusi dan perubahan yang tidak berhenti. Sultan Abdul Hamid sendiri mengungkapkan perasaannya pada hal ini di dalam tulisan dan puisinya. Satu contoh puisi beliau dalam buku, “Bapaku Abdul Hamid,” ditulis oleh anak perempuannya bernama Aisya.

“Tuhanku,
Aku tahu Kaulah al-Aziz …
dan tiada yang selainMu
yang Kaulah Satu-Satunya,
dan tiada yang lain Ya Allah,
pimpinlah tanganku dalam kesusahan ini,
Ya Allah, bantulah aku dalam saat-saat yang kritis ini.”

Masalah pertama yang dihadapi beliau adalah Midhat Pasha. Midhat Pasha terlibat secara rahasia Freemason dalam pakta menjatuhkan paman Sultan Abdul Hamid. Saat Sultan Abdul Hamid menjadi Khalifah beliau menunjuk Midhat Pasha sebagai Ketua Majelis Menteri-menteri karena Midhat sangat populer saat itu dan Sultan Abdul Hamid memerlukan untuk terus memegang kepemimpinan.

Midhat Pasha bijak menjalankan tugasnya tetapi ia terlalu mengikuti pandangannya sendiri saja. Midhat Pasha juga didukung oleh satu aliran yang kuat di Parlemen. Dengan bantuan dari golongan ini, Midhat Pasha berhasil meloloskan resolusi untuk berperang dengan Rusia.

Sultan Abdul Hamid tidak dapat berbuat apa-apa karena ia kemungkinan akan dijatuhkan jika mencoba bertindak. Kekalahan perang tersebut dicoba dipertanggung-jawabkan atas Sultan Abdul Hamid oleh pendukung Midhat itu. Namun, setelah sesuai waktunya,

SultanAbdul Hamid telah berhasil menggunakan perselisihan antara beliau dengan Midhat Pasha untuk membuang Midhat ke Eropa. Rakyat dan para pengamat politik mendukung penuh tindakan berani dan bijak Khalifah Islam ini.

Musuh di luar Islam

Sultan Abdul Hamid mengalihkan perhatian beliau kepada musuh-musuh luar Pemerintah Islam. Ia telah memperkirakan Revolusi Komunis di Rusia dan menyadari bahwa itu akan memperkuat Rusia dan menjadi lebih berbahaya.

Pada saat itu, Balkan masih merupakan bagian dari Pemerintah Islam dan sedang menghadapi tekanan dari Rusia dan Austria. Sultan Abdul Hamid hanya menyadarkan negara-negara Balkan ini akan bahaya yang akan mereka hadapi. Ia hampir berhasil mencapai persetujuan dengan negara-negara ini. Tetapi ketika saat-saat akhir ditandatanganinya perjanjian tersebut, 4 negara Balkan telah membelot dan membuat perjanjian lain menyingkirkan Pemerintah Islam Utsmaniyyah atas pengaruh Rusia dan Austria.

Sultan Abdul Hamid sadar bahwa konspirasi untuk menghancurkan Negara Islam adalah lebih hebat dari yang diketahui umum. Konspirasi ini tersedia dari internal dan eksternal.

Ketika beliau merasa lega karena berhasil membuang Midhat Pasha dan pengikut-pengikutnya, ia berhadapan pula dengan Awni Pasha, seorang yang berpengaruh dalam Majelis Menteri dan juga seorang pemimpin pasukan. Kemudian, Sultan Abdul Hamid mengetahui bahwa Awni Pasha menerima uang dan hadiah dari pihak Eropa dan juga tentang perannya dalam menjatuhkan Abdul Aziz.

Awni Pasha membawa Pemerintah Utsmaniyyah ke dalam peperangan Bosnia meskipun tidak disetujui oleh Sultan Abdul Hamid. Abdul Hamid mengetahui jika peperangan terjadi, Rusia, Inggris, Austria-Hungaria, Serbia, Montenegro, Itali dan Prancis akan menyerang Pemerintahan Islam dan mengambil Bosnia.

Rupanya, Awni memberikan informasi palsu kepada Sultan Abdul Hamid tentang kekuatan tentara Islam di Bosnia. Dia mengatakan ada 200.000 tentara Islam di sana sedangkan saat Sultan Abdul Hamid mendapatnya informasi dari pemimpin-pemimpin militer lainnya, diperkriakan hanya terdapat 30.000 tentara, di mana harus menghadapi lebih 300.000 tentara kafir.

Publik menyukai Awni pada saat itu dan jika Sultan Abdul Hamid memecatnya, stabilitas negara akan terancam. Kekuatan kafir Barat, saat menyadari mereka berhadapan dengan lawan yang kecil jumlahnya telah menyerang Bosnia dengan bantuan empat negara Balkan (Rumania, Montenegro, Serbia dan Austria-Hungaria).

Akibat dari peperangan ini, Bosnia dan Yunani telah dirampas dari Pemerintah Islam. Setelah kekalahan tersebut, barulah Sultan Abdul Hamid bisa mendapatkan dukungan umum dalam memecat Awni. Pengadilan menemukan Awni bersalah karena berkonspirasi menjatuh pemerintah dan membantu kekuasaan asing seperti Inggris.

Kejatuhan ini membuat semua pihak bersekongkol menjatuhkan Sultan Abdul Hamid II, termasuk pihak Yahudi. Pada tahun 1901, seorang pemilik Bank Yahudi, Mizray Qraow dan 2 lagi pemimpin Yahudi berpengaruh mengunjungi Sultan Abdul Hamid dengan membawa penawaran:

Pertama, membayar semua hutang Pemerintahan Islam Utsmaniyyah. Kedua, membangun Angkatan Laut Pemerintahan Islam Utsmaniyyah3) 35 Juta Lira Emas tanpa bunga untuk membantu perkembangan Negara Islam Utsmaniyyah. Tawaran ini sebagai ganti jika,

1) Menerima Yahudi mengunjungi Palestina pada setiap saat yang mereka suka dan untuk tinggal berapa lamapun yang mereka inginkan “mengunjungi tempat-tempat suci”.

2) Yahudi diperbolehkan membangun pemukiman di tempat mereka tinggal di Palestina dan mereka menginginkan tempat yang letaknya dengan Baitul-Maqdis (al Quds)

Namun nampaknya Sultan Abdul Hamid enggan bertemu mereka sekalipun, apalagi menerima penawaran mereka. Ia mengirim utusan dan menjawab:

“Beritahu Yahudi-yahudi yang tidak beradab itu bahwa hutang-hutang Pemerintah Utsmaniyyah bukanlah sesuatu yang ingin dipermalukan, Prancis juga memiliki hutang-hutangnya dan itu tidak memberikan efek apapun kepadanya. Baitul-Maqdis menjadi bagian dari Bumi Islam ketika Umar ibn Al- Khattab mengambil kota itu dan aku tidak akan sekali-kali menghina diriku dalam sejarah dengan menjual Bumi suci ini kepada Yahudi dan aku tidak akan menodai tanggung-jawab dan amanah yang diberikan oleh ummah ini kepadaku. Biarlah Yahudi-yahudi itu menyimpan uang mereka, umat Islam Utsmaniyyah tidak akan bersembunyi di dalam kota-kota yang dibangun dengan uang musuh-musuh Islam. “

Sungguh sikap seorang pemimpin Islam yang belum bisa ditemukan di dunia saat ini. Hatta, itu dari pemimpin negeri-negeri Muslim sekalipun.

Jihad dan politik ‘adu-domba’

Yahudi tidak berputus asa dengan kegagalan mempengaruhi Sultan Abdul Hamid. Pada akhir tahun yang sama, 1901, pendiri gerakan Zionis, Theodor Herzl, mengunjungi Istanbul dan mencoba bertemu dengan Sultan Abdul Hamid.

Namun Abdul Hamid enggan bertemu Hertzl dan mengirim stafnya dan menasehati Hertzl dengan mengatakan;

“Aku tidak dapat memberikan walau sejengkal dari tanah ini (Palestina) karena ia bukan milikku, ia adalah hak umat Islam. Umat Islam yang telah berjihad demi bumi ini dan mereka telah membasahinya dengan darah-darah mereka. Yahudi bisa menyimpan uang dan harta mereka. Jika Kekhalifahan Islam ini hancur pada suatu hari, mereka dapat mengambil Palestina tanpa biaya! Tetapi selagi aku masih hidup, aku lebih rela sebilah pedang merobek tubuhku daripada melihat bumi Palestina dikhianati dan dipisahkan dari kehkhilafahan Islam. Perpisahaan tanah Palestina adalah sesuatu yang tidak akan terjadi, Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”

Bayangkan.!, pendirian seorang pemimpin (Khalifah) ini disampaikan di saat-saat kekuasaannya sedang diambang kehancuran. Bagaimana jika tindakannya itu terjadi di masa-masa beliau masih kuat?


Theodor Herzl, Pendiri Zionis dan penggagas Negara Yahudi (1901).

Kegagalan Yahudi merayu Sultan Hamid, membuat mereka berkolaborasi dengan Nagara-negara Eropa. Yahudi mendapatkan bantuan Inggris dan Prancis untuk mencapai impian mereka. Semenjak itu, Negara seperti Inggris dan Prancis bersiap menghancurkan pemerintah Islam Utsmaniyyah. Tetapi kata “jihad” masih tetap ditakuti dan membuat seluruh Eropa bergetar.

Maka Inggris kala itu memutuskan ide penggunakan kebijakan ‘pecah belah’. Ini dilakukkan Inggris dengan mulai memberi dukungan kelompok-kelompok baru seperti “Turki Muda” yang dimotori oleh Mustafa Kemal Pasha. Kebodohan itu membuat umat tidak tahu lagi mana kawan dan mana lawan. Alih-alih membela Sultan, ia malah terkecoh dan bersekutu dengan penjajah, termasuk Zionis Yahudi yang telah ngebet ingin mencaplok Palestina.

Akhirnya, malam 27 April 1909 Sultan kedatangan tamu tak diundang. Kedatangan mereka di Istana Yildiz menjadi catatan sejarah yang tidak akan pernah terlupakan kaum Muslim seluruh dunia. Perwakilan 240 anggota Parlemen Utsmaniyyah, yang mengaku perwakilan kaum Muslim (di bawah tekanan Turki Muda) , ini sedang berusaha menggulingkan Sultan Abdul Hamid II dari kekuasaannya. Senator Syeikh Hamdi Afandi Mali bahkan mengeluarkan fatwa tentang penggulingan tersebut dan akhirnya disetujui oleh anggota senat yang lain.

Di antara bunyi fatwa Syeikh Hamdi adalah berikut;

“Jika pemimpin umat Islam mengambil kiat-kiat agama yang penting dari kitab-kitab hukum dan mengumpulkan kitab-kitab tersebut, memboroskan uang negara dan terlibat dengan perjanjian yang bertentangan dengan hukum Islam, membunuh, menangkap, membuang negeri dan rakyat tanpa alasan apapun, maka berjanjilah untuk tidak melakukannya lagi dan jika masih kelakukannya untuk menyakitkan kondisi umat Islam di seluruh dunia Islam maka pemimpin ini harus disingkirkan dari jabatannya. Jika penyingkirannya akan membawa kondisi yang lebih baik dari beliau terus kekal, maka ia memiliki pilihan apakah mengundurkan diri atau disingkirkan dari jabatan.”

Sebuah fatwa yang aneh ditujukan pada seorang Sultan yang memiliki reputasi dan akhlaq yang baik.

Menariknya, empat utusan parlemen; Emmanuel Carasso, seorang Yahudi warga Italia dan wakil rakyat Salonika (Thessaloniki) di Parlemen Utsmaniyyah, melangkah masuk ke istana Yildiz. Turut bersamanya adalah Aram Efendi, wakil rakyat Armenia, Laz Arif Hikmet Pasha, anggota Dewan Senat yang juga panglima militer Utsmaniyyah, serta Arnavut Esat Toptani, wakil rakyat daerah Daraj di Meclis-i Mebusan.

Mereka akhirnya mengkudeta Sultan. “Negara telah memecat Anda!”

“Negara telah memecatku, itu tidak masalah,… tapi kenapa kalian membawa serta Yahudi ini masuk ke tempatku? ” Spontan Sultan marah besar sambil menudingkan jarinya kepada Emmanuel Carasso.

Sultan kenal betul siapa Emmanuel Carasso itu. Dialah yang bersekongkol bersama Herzl ketika ingin mendapatkan izin menempatkan Yahudi di Palestina.

Tempat Yahudi yang kumuh

Malam itu, Sultan bersama para anggota keluarganya yang hanya mengenakan pakaian yang menempel di badan diangkut di tengah gelap gulita menuju ke Stasiun kereta api Sirkeci. Mereka digusur pergi meninggalkan bumi Khilafah, ke istana kumuh milik Yahudi di Salonika, tempat pengasingan negara sebelum seluruh khalifah dimusnahkan di tangan musuh Allah.

Khalifah terakhir umat Islam dan keluarganya itu dibuang ke Salonika, Yunani. Angin lesu bertiup bersama gerimis salju di malam itu. Pohon-pohon yang tinggal rangka, seakan turut sedih mengiringi tragedi memilukan itu.

Atas peristiwa ini, Sultan Abdul Hamid II mengungkap kegundahan hatinya yang dituangkan dalam surat kepada salah seorang gurunya Syeikh Mahmud Abu Shamad;

“…Saya meninggalkan kekhalifahan bukan karena suatu sebab tertentu, melainkan karena tipu daya dengan berbagai tekanan dan ancaman dari para tokoh organisasi yang dikenal dengan sebutan Cun Turk (Jeune Turk), sehingga dengan berat hati dan terpaksa saya meninggalkan kekhalifahan itu. Sebelumnya, organisasi ini telah mendesak saya berulang-ulang agar menyetujui dibentuknya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Saya tetap tidak menyetujui permohonan beruntun dan bertubi-tubi yang memalukan ini. Akhirnya mereka menjanjikan uang sebesar 150 juta pounsterling emas.

Saya tetap dengan tegas menolak tawaran itu. Saya menjawab dengan mengatakan, “Seandainya kalian membayar dengan seluruh isi bumi ini, aku tidak akan menerima tawaran itu. Tiga puluh tahun lebih aku hidup mengabdi kepada kaum Muslimin dan kepada Islam itu sendiri. Aku tidak akan mencoreng lembaran sejarah Islam yang telah dirintis oleh nenek moyangku, para Sultan dan Khalifah Uthmaniah. Sekali lagi aku tidak akan menerima tawaran kalian.”

Setelah mendengar dan mengetahui sikap dari jawaban saya itu, mereka dengan kekuatan gerakan rahasianya memaksa saya menanggalkan kekhalifahan, dan mengancam akan mengasingkan saya di Salonika. Maka terpaksa saya menerima keputusan itu daripada menyetujui permintaan mereka.

Saya banyak bersyukur kepada Allah, karena saya menolak untuk mencoreng Daulah Uthmaniah, dan dunia Islam pada umumnya dengan noda abadi yang diakibatkan oleh berdirinya negeri Yahudi di tanah Palestina. Biarlah semua berlalu. Saya tidak bosan-bosan mengulang rasa syukur kepada Allah Ta’ala, yang telah menyelamatkan kita dari aib besar itu.

Saya rasa cukup di sini apa yang perlu saya sampaikan dan sudilah Anda dan segenap ikhwan menerima salam hormat saya. Guruku yang mulia. mungkin sudah terlalu banyak yang saya sampaikan. Harapan saya, semoga Anda beserta jama’ah yang anda bina bisa memaklumi semua itu.”

Dengan kerendahan hati, ia menyebut namanya dalam menutup surat yang dikirim pada 22 September 1909 itu dengan sebutan Abdul Hamid bin Abdul Majid, Pelayan Kaum Muslimin.

Setelah penyingkirannya, penulis-penulis Barat bersekongkol “menyerang” Sultan Abdul Hamid dan memberi legitimasi kudeta. Salah seorang dari mereka adalah John Haslib, dalam bukunya “The Red Sultan” (telah diterjemahkan ke beberapa bahasa termasuk bahasa Arab dan Turki), juga buku berbahasa Turki “iki mevrin perde arkasi – yazan: nafiz Tansu” oleh Ararat Yayinevi juga merupakan bagian dari propaganda seolah-olah ‘Turki Muda’ telah menyelamatkan Kekhalifahan Utsmaniyyah dari kehancuran. Ada juga penulis Arab-Kristen terkenal, Georgy Zaydan dalam bukunya, “Stories of the IslamicHistory- The Ottoman Revolution.”

Semua buku-buku ini adalah penipuan dan kedok yang ditulis para musuh Islam. Buku-buku ini menggambarkan, seolah-olah Sultan Abdul Hamid sebagai seorang yang tenggelam dalam kemewahan dunia dan identik dengan wanita dan minuman keras. Sultan yang sangat tegas pada Yahudi ini digambarkan sebagai sosok pemimpin pemerintah yang dzalim atas musuh-musuh politik dan rakyatnya. Tentu saja, penipuan-penipuan ini tak mungkin tertegak karena sosok Sultan yang akan selalu terbukti sepanjang sejarah.

Setelah Sultan Abdul Hamid, muncullah beberapa pemimpin yang lemah. Mereka tidak mampu memerintah dan hilang daya mereka dengan mudah. Seperti yang diperkirakan oleh Sultan Abdul Hamid, Perang Dunia (PD) Pertama meletus dan bumi pemerintah Utsmaniyyah. Orang-orang Arab melawan Khalifah di Hijaz dengan bantuan Inggris dan Prancis untuk ‘bebas’ di bawah ini penjajahan ‘penolong-penolong’ mereka. Bumi Islam Palestina akhirnya “diserahkan” kepada Yahudi.

‘Turki Muda’ mengambil-alih kekuasaan dan Mustafa Kamal Ataturk membubarkan resmi Khilafah Islam pada 1924. Pertama kalinya dalam sejarah umat Islam, kepemimpinan Islam yang bersatu sejak zaman Rasulullah SAW dan para Sahabat hilang. Perang Salib berakhir dengan kemenangan bagi Barat dan Yahudi.

Sultan Abdul Hami menghembuskan nafas terakhir dalam penjara Beylerbeyi pada 10 Februari 1918. Kepergiannya diratapi seluruh penduduk Istanbul. Mereka baru sadar karena kebodohan mereka membiarkan Khilafah Utsmaniyyah dilumpuhkan setelah pencopotan jabatan khilafahnya.

Akibat kesalahan fatal itu runtuhlah institusi yang menaungi kaum Muslim dan pada 1948 berdirilah negara ilegal pembantai kaum Muslim Palestina, bernama Israel.

Mulai saat ini, janganlah umat lupa sejarah penting ini. Jangan pula lupa sejarah lainnya. Perang Bosnia, Perang Chechnya, Perang Kashmir, Perang Moro, Perang Iraq juga Perang Afganistan. Umat harus mulai sadar bahwa tanpa Islam yang miliki kekuatan, Islam bukan apa-apa. Tanpa kesatuan umat dan jihad, Islam hanya akan dipermainkan dan terus dalam kehinaan.

Marilah kita semua berdoa, agar di antara kita bisa dilahirkan anak-anak yang kelak menjadi pemimpin sekelas Sultan Abdul Hamid yang rela berdiri di tengah keagungan seluruh ummah. Seperti sunnah alam, mentari mungkin telah terbenam sementara, dan Insya-Allah akan segara terbit kembali. Seperti itulah sunnah kepemimpinan. Suatu saat, Allah akan menghadirkan kembali kedatangan “Abdul Hamid II muda” lain dari rahim kita.*/ Nur Aminah~Rossem

sumber:
hidayatullah.com

NABI BESAR MUHAMMAD S.A.W TERSEBUT DALAM OLD TESTAMENT DAN NEW TESTAMENT

Oleh: Drs. H. Ibrahim Lubis Sm.HK

Berita akan lahirnya Nabi Muhammad s.a.w itu telah lama diketahui manusia sejak zaman Nabi Musa a.s sampai dengan Nabi Isa a.s., yang disebut Yesus oleh kaum Nashara. Suatu berita dunia yang luar biasa, yang memberitakan akan lahirnya seorang besar yang tidak ada tandingannya di dunia ini, baik di zaman Nabi-nabi sebelumnya dan masa kini, maupun di masa yang akan datang sampai akhir zaman.

Dan mengenai hal ini, Allah s.w.t berfirman di dalam Al-Qur’an:

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-A’raf /7: 157)

Dan Nabi Isa a.s juga sudah memberi kabar akan datangnya Nabi Muhammad s.a.w kepada kaumnya (Bani Israel), sebagaimana tersebut di dalam Al-Qur’an:

“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”, Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. Ash-shaff / 61: 6)

Bahkan sebagian besar Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) telah mengenal Muhammad s.a.w seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri, sebagaimana tersebut di dalam Al-Qur’an:

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.”
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.”
(QS Al-Baqarah/2 :146-147)

Dalam abad Teknologi ini, Nabi Muhammad s.a.w diberi peringkat nomor satu di Dunia.! alias Manusia nomor Wahid.!

Silakan baca buku: 100 tokoh paling berpengaruh, karya Michael H. Hart

Pemberitaan kelahirannya yang tersebut dalam Taurat dan Injil diikuti dengan kenyataan, sekalipun kedua Kitab agama itu sudah banyak dirubah oleh tangan manusia. Tetapi mengenai soal pemberitaan lahirnya Nabi Muhammad s.a.w tangan manusia tidak sanggup mengubahnya. Tetapi akan tetap tercantum menurut kebenarannya sampai akhir zaman. ‘Ajaib.!

Baiklah kita kutip ayat-ayat dari Taurat dan Injil itu yang sehubungan dengan Nabi Muhammad s.a.w.

Tersebutlah dalam Taurat (Perjanjian Lama) Ulangan 18:17-18, demikian: “Maka pada masa itu berfirmanlah Tuhan kepadaku (Musa) : Benarkah kata mereka itu (Bani Israel).”
“Bahwa Aku (Allah) akan menjadikan bagi mereka itu seorang Nabi dari antara segala saudaranya (Bani Israel) yang seperti engkau (hai Musa), dan Aku akan memberi segala firman-Ku dalam mulutnya dan dia pun akan mengatakan kepadanya segala yang kusuruh akan dia.”
Selanjutnya Ulangan 18:19 menegaskan: “Bahwa sesungguhnya barangsiapa yang tiada mau dengar akan segala firman-Ku, yang akan dikatakan olehnya dengan Nama-Ku, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang itu.”

Tiga buah ayat dari Taurat (Perjanjian Lama) yang dikutip dari Buku “Nabi Isa dalam Al-Quran dan Nabi Muhammad dalam Bible” karangan Prof. Drs. H. Hasbullah Bakry, S.H. sudah cukup yang memberitakan akan kedatangan Nabi Muhammad s.a.w itu.

Dalam hubungan dengan tiga ayat dari Ulangan 18 itu Prof. Drs. H. Hasbullah Bakry, S.H., memberi tafsirnya, demikian:
Dalil pertama: “Seorang Nabi dari antara segala saudaranya.” Isyarat ini menunjukkan bahwa Nabi yang dinubuatkan oleh Tuhan itu akan timbul dari saudara-saudara Bani Israel, tetapi bukan dari Bani Israel sendiri. Adapun di antara saudara-saudara Bani Israel itu ialah Bani Ismail (Bangsa Arab), sebab Ismail adalah saudara tua dari Ishak, bapak dari Israel (Yakub a.s). Dan Nabi Muhammad s.a.w sudah jelas adalah keturunan Bani Ismail.

silakan baca disini:Silsilah Nabi Muhammad s.a.w pada silsilah 25 Nabi dan Rasul Allah.

Dalil kedua: ialah “yang seperti engkau.Jadi Nabi yang akan datang itu haruslah seperti Nabi Musa, maksudnya Nabi yang membawa Agama baru dan Syariat baru seperti Nabi Musa a.s. Perlu kita ketahui bahwa surah-surah kitab Ulangan sebelum nubuat ini berisi hukum-hukum Taurat, syariat untuk Bangsa Israel, Jadi maksudnya Nabi itu menyerupai Nabi Musa dalam soal membawa syariat itu. Dan seperti kita ketahui Nabi Muhammad s.a.w itulah satu-satunya Nabi yang membawa syariat baru (agama Islam) yang juga berlaku untuk bangsa Israel.

Dalil Pertama dan dalil kedua cocok sebab Nabi lain yang membawa syariat seperti Nabi Musa a.s bagi bangsa Isreal tidak akan ada lagi sesudah Musa. Hal ini diterangkan Tuhan dalam ayat Taurat berikutnya yaitu: kitab Ulangan 34: 10 yang bunyinya: ” Maka diantara Isreal tidak berbangkit pula seorang Nabi yang seperti Musa, yang dikenal oleh Tuhan muka dengan muka.”

Seperti kita maklum baik Nabi Elia atau Elisa atau Yahya Pembaptis atau Isa Al-Masih semuanya dari Bani Israel dan semua menyungguhkan syariat Taurat dan bukan menggantinya. Jadi sudah jelaslah bukan mereka yang dimaksud oleh ayat-ayat ini.

Umat Nasrani yang menganggap bahwa Nabi itu ialah Nabi Isa sudah terang bertentangan dengan kedua dalil diatas, sebab Nabi Isa sendiri adalah bangsa Israel dan Nabi Isa juga tidak seperti Nabi Musa yang dikenal Tuhan muka dengan muka, maksudnya menerima langsung syariat baru (agama baru)“, (lihat buku “Nabi Isa dalam Al-Quran dan Nabi Muhammad dalam Bible” hal. 148)

Sehubungan dengan ayat 19 kitab Ulangan yang menyebutkan “yang akan dikatakan olehnya dengan Nama-Ku”, dapatlah kita saksikan sekarang ini bahwa jika orang Islam membacakan wahyu-wahyu Ilahi (Al-Qur’an) itu didahului dengan menyebut “Nama Allah, Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang”. Jadi benar-benar merupakan bukti dari pemberitaan Taurat itu.

Setelah Taurat (Perjanjian Lama) kita lihat lagi pemberitaan dari Injil (Perjanjian Baru), dimana tangan manusia tidak sanggup menghapuskan pemberitaan itu yang memberitakan akan kedatangan Nabi Muhammad s.a.w.

Dalam hubungan ini Injil Yahya (Yohanes) 14: 16-17 dan 15: 26-27 dan 16: 7-15 memberitakan demikian:
“Dan aku akan mintakan kepada Bapa, maka ia akan mengaruniakan kepada kamu Penolong yang lain, supaya ia menyertai kamu selama-lamanya.

“Yaitu Roh kebenaran, yang dunia ini tidak dapat menyambut oleh sebab tiada ia nampak Dia dan tiada kenal Dia, tetapi kamu ini kenal Dia, karena ia tinggal beserta dengan kamu dan ia akan ada di dalam kamu.”

“Akan tetapi apabila datang Penolong yang akan kusuruhkan kepadamu daripada Bapa, yaitu Roh kebenaran yang keluar daripada Bapa itu, ialah akan menyaksikan dari halku.”

“Dan kamu pun akan menjadi saksiku, oleh sebab kamu telah ada bersama-sama dengan aku dari mulanya.”

“Tetapi aku ini mengatakan yang benar kepadamu, bahwa berfaedahlah bagi kamu jikalau aku ini pergi, karena jikalau tiada aku pergi, tiadalah Penolong itu akan datang kepadamu, tetapi jikalau aku pergi, aku akan menyuruhkan dia kepadamu.”

“Apabila ia datang maka ialah akan menerangkan kepada isi dunia ini dari hal dosa dan keadilan dan hukuman.”
“dari hal dosa, sebab tiada mereka itu percaya akan daku,
“dari hal keadilan, sebab aku pergi kepada Bapa dan tiada lagi kamu melihat aku,
“dari hal hukuman, sebab penghulu dunia ini sudah dihukumkan.”
“Banyak lagi perkara yang aku hendak katakan kepadamu, tetapi sekarang ini tiada dapat kamu menanggung dia.”

“Akan tetapi apabila ia sudah datang, yaitu Roh kebenaran, maka ia pun akan membawa kamu kepada segala kebenaran, karena tiada ia berkata-kata dengan kehendaknya sendiri, melainkan barang yang didengarnya itu juga akan dikatakannya, dan dikhabarkannya kepadamu segala perkara yang akan datang.”

“Maka ia akan memuliakan aku, karena ia akan mengambil daripada hak aku, lalu mengkhabarkan kepadamu.”

“Segala sesuatu yang hak Bapa itu juga hak aku, oleh sebab itu aku berkata, bahwa diambilnya daripada hak aku, lalu dikhabarkannya kepadamu.”

Demikianlah ayat-ayat Injil (Perjanjian Baru) yang diketengahkan oleh Prof. Drs. H. Hasbullah Bakry, S.H., dalam bukunya ” Nabi Isa dalam Al-Quran dan Nabi Muhammad dalam Bible.”

Prof. Drs. H. Hasbullah Bakry, S.H. memberi tafsir demikian:

Dalil pertama: Dalam ayat Yahya 14: 16 itu dikatakan bahwa Penolong itu akan menyertai kamu selama-lamanya. Ini maksudnya bahwa Penolong itu adalah Nabi akhir zaman, tidak ada lagi penggantinya (Penolong) lain yang akan membawa syariat baru lagi. Dan syariat agama yang akan dibawa oleh Nabi (Penolong) itu akan berlaku terus hingga hari kiamat. Nabi itu adalah Nabi Penutup (Khatamun Nabiyyin, QS.Al-Ahzab/33:40) yang syariatnya akan menyertai manusia sepanjang zaman dunia ini.

Mengenai istilah “Penolong” ini sebenarnya berasal dari istilah Yunani Peracletos yang berarti “Penghibur” atau “Menahem” dalam bahasa Yahudi. Tetapi disini kita tidak usah mempertentangkan arti “Penolong” atau “Penghibur” sebab kedua-duanya dapat diterima untuk dinisbahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w dan kedua-duanya berarti baik, tidak bertentangan satu sama lain. Dalam pada itu kata Paracletos itu menurut Dr. GA. Nallino seorang orientalist bangsa Italia berarti dalam bahasa Arab “Ahmad” atau “Muhammad” yang juga berarti yang banyak terpuji.

Dalil kedua: Dalam ayat Injil Yahya 14: 17 dikatakan bahwa dunia ini umumnya tidak kenal dan tidak nampak akan (kedatangan) Penolong itu tetapi (kamu) umat Yahudi mengenalnya sebab Roh kebenaran (wahyu) yang dibawa Penolong atau Nabi itu ada pula beserta kamu yaitu kitab Taurat dimana disebutkan didalamnya tentang kedatangan Nabi (Penolong) itu, dan kitab yang dibawa Nabi itu sesuai pula dengan isi kitab Taurat yang ada pada kamu. Dalil ini sudah jelas sekali menunjukkan kepada kenabian (nubuat) Nabi Muhammad s.a.w yang seperti telah kita terangkan dalam bab-bab yang lama dengan terang dan telah dinubuatkan oleh kitab-kitab Nabi Perjanjian Lama.

Dalam penafsiran selanjutnya Prof. Drs. H. Hasbullah Bakry, S.H. mengetengahkan “Dalil kesembilan” sampai “Dalil keduabelas”, yang bunyinya demikian:

“Dalil kesembilan”: Dalam ayat Yahya 16:12 dikatakan bahwa sebenarnya masih banyak yang akan disampaikan oleh Nabi Isa kepada umatnya (Bangsa Israel) tetapi karena telah nyata bangsa Israel itu enggan (tidak dapat) menanggungnya lalu Nabi Isa meminta diri dengan izin Alloh untuk menghabisi dakwahnya dan menjanjikan saja akan kedatangan Nabi Besar (Penolong) yang dinubuatkannya itu.

Ayat ini sudah jelas menunjukkan bahwa sudah tidak mungkin Nabi Isa a.s akan kembali kedua kalinya (?) dan sudah pastilah Nabi Isa a.s itu bukan Tuhan yang dapat jemu dan salah masa dalam operasi dakwahnya dan tidak mungkin seorang “Tuhan” lemah dalam menghadapi kadar penentuannya sendiri. Ayat ini dijelaskan maksudnya pada ayat berikutnya yaitu tentang penerusan tugas Nabi Isa a.s itu oleh Nabi Besar yang dijanjikan itu yaitu Nabi Muhammad s.a.w.

“Dalil kesepuluh”: Dalam ayat Yahya 16:13 dikatakan bahwa Nabi Besar yang akan datang itu tidaklah berkata-kata atas kehendaknya sendiri tentang ajaran agama yang dibawanya akan tetapi Nabi Besar itu akan menyampaikan saja apa yang dikatakan Alloh kepadanya. Ayat nubuatan ini sangat Ajaib sekali telah sesuai dengan Ayat Al-Quran surat An-najm/53: 3-4 yang berbunyi: “Tiadalah dia Muhammad itu bertutur menurut hawa napsunya sendiri, melainkan dia (bertutur) menurut wahyu Alloh yang disampaikan kepadanya.” Dengan adanya ayat Al-Quran ini sudah jelaslah apa yang dinubuatkan oleh Nabi Isa a.s adalah Nabi Muhammad s.a.w.

“Dalil kesebelas”: Dalam ayat Yahya 16:14 dikatakan bahwa Nabi Besar itu juga akan memuliakan Nabi-nabi lainnya dan tidaklah dia akan merendahkannya sebab Nabi adalah mengambil dan meneruskan hak Isa yaitu ajaran kitab Injil yang berasal daripada Alloh.

Bahwa ayat ini jelas sekali menunjukkan nubuat Nabi Muhammad s.a.w cukuplah kalau kita pelajari ayat-ayat Al-Quran ini yaitu Surat Ali Imran/3: 2-4 yang berbunyi:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”
“Dia menurunkan Kitab Al-Quran kepadamu (hai MUhammad) dengan sebenarnya; membenarkan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya yaitu Taurat dan Injil guna petunjuk bagi manusia dan diturunkannya Quran itu sebagai Pembeda antara yang benar dan yang salah.”
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir pada ayat-ayat Allah itu akan memperoleh siksa yang berat, dan Alloh Maha Perkasa lagi mempunyai siksa.”

Dalam ayat-ayat ini jelas dinyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah membenarkan ajaran-ajaran Taurat yang dibawa Nabi Musa a.s dan Injil yang dibawa Nabi Isa a.s disamping membedakannya daripada kesalahan-kesalahan tangan manusia yang terdapat pada kitab-kitab itu.

“Dalil keduabelas”: Dalam ayat selanjutnya yaitu Yahya 16: 15 dikatakan bahwa hak Isa (agama) yang diambil (diteruskan) oleh Nabi Muhammad itu ialah hak (agama) Alloh seperti juga semua hak (agama) yang diajarkan Nabi-nabi sebelum mereka adalah hak (agama) Alloh semua. Jadi soalnya adalah sama saja (maksud Nabi Isa). Jadi janganlah umatnya (muridnya) yang ditinggalkannya itu menjadi berdukacita karena ditinggalkannya itu.

Ayat ini jelas sekali menunjuk nubuat Nabi Muhammad, sebab seperti kita maklum agama Islam adalah meneruskan agama Alloh yang dibawa oleh Nabi Isa seperti sudah berkali-kali dikatakan dalam Al-Quran. Dan hal ini sudah berkali-kali kita terangkan pada penjelasan-penjelasan yang terdahulu.

Demikian pasal yang ke-6 ini seluruhnya (keduabelas dalil itu) menguatkan nubuat Nabi Muhammad s.a.w.

Demikian Prof. Drs. H. Hasbullah Bakry, S.H. menafsirkan ayat-ayat Injil Yahya tersebut.

Bagaimanakah menurut Kenyataan Sejarah ?


Peta kawasan Timur Tengah pada zaman Nabi Muhammad s.a.w

Ketika Nabi Muhammad s.a.w masih kanak-kanak, oleh pamannya, Abu Thalib, Nabi dibawa bepergian ke negeri Syam. Setelah perjalanan itu sampai di Busrah, Abu Thalib bertemu dengan seorang pendeta Kristen, yang bernama Buhaira. Pendeta Kristen ini meletakkan perhatiannya kepada anak yang dibawanya itu. Yang dilihatnya ada sifat-sifat kenabian. Lalu pendeta Buhaira ini memperingatkan Abu Thalib, demikian: “Hendaknya engkau menjaga baik-baik anak ini yang engkau bawa ini, karena ia bukanlah anak biasa (sembarangan). Anak ini di belakang hari akan menjadi Nabi dan Rasul Tuhan yang terakhir, yang menjadi penutup sekalian Nabi dan Rasul; ia akan dimusuhi oleh Bangsanya. Karenanya, bila engkau telah sampai di negeri Syam, maka hendaklah dengan segera ia bawa kembali pulang ke negerimu, karena jikalau engkau berlama-lama di negeri Syam dan sampai diketahui anak itu oleh orang-orang Yahudi, tentulah ia dibunuh oleh mereka.”

Demikianlah pendeta Kristen Buhaira menyatakan akan kenabian Nabi Muhammad s.a.w ketika ia bertemu di Busrah sewaktu Nabi masih kanak-kanak.

Ketika Nabi telah menerima keangkatannya sebagai Nabi dan Rasul Alloh pada tanggal 17 Ramadhan tahun 41 Fil (6 Agustus 610 M) di Gua Hira (Jabal Nur) yang diberitahukan kepad istrinya Khadijah, di mana Nabi merasa khawatir atas dirinya, dengan peristiwa pelukan Jibril di Gua Hira itu, maka Siti Khadijah mengajaknya untuk bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Waraqah bin Naufal. Maksudnya ialah untuk memberitahukan kepada pendeta itu mengenai peristiwa yang ajaib yang dialami oleh Nabi.
Setelah menceritakan pengalamannya di Gua Hira itu, maka pendeta Kristen Waraqah bi Naufal spontan berkata, “Quddus, quddus, hai anak lelaki saudaraku! ini rahasia yang paling besar yang pernah Allah turunkan kepada Nabi Musa a.s. Oh.. umudah-mudahan aku masih hidup dapat melihat bangsamu nanti mengusir engkau”.

Sesudah Nabi menjalankan missionnya yang diterima dari Allah s.w.t., ialah mendakwahkan agama Islam, dan mempertahankannya dari serangan bangsanya yang memusuhi Islam itu, yang berjalan dalam waktu yang relatif pendek (23 tahun), maka setelah pemerintahan kaum Muslimin berada ditangan Khalifah-khalifahnya, mimpi Raja Nebukadnezar (Raja Babilon) menjadi kenyataan. Mimpi Raja Nebukadnezar itu yang dirakbirkan oleh Nabi Danial, yang tersebut dalam kitab Perjanjian Lama (Taurat), antara lain bunyinya demikian: “Maka pada zaman raja-raja itu oleh Allah yang di surga akan diadakan sebuah kerajaan, yang pada selama-lamanya tiada dapat dibinasakan, maka kerajaan itu tiada akan diserahkan kepada salah satu bangsa yang lain, dan dia itu pun menghancurkan dan meniadakan segala kerajaan itu, tetapi ia sendiri akan kekal selama-lamanya.” (Nabi Danial 2:44)

” Maka itulah sebabnya tuanku (Raja Nebukadnezar) melihat sebuah batu gunung gugur sendirinya dengan tiada tulungan tangan, lalu dihancurluluhkannya besi dan tembaga dan tanah liat dan perak dan emas. Bahwa Allah Ta’ala sudah memaklumkan kepada tuanku, barang yang akan terjadi pada kemudian hari, bahwa sesungguhnya inilah mimpi tuanku dan tentulah takbirnya.” (Nabi Danial 2:45)


Peta wilayah Khilafah Islam

Takbir mimpi Raja Nebukadnezar dari Kerajaan Babilonia Baru (604-562 S.M) oleh Nabi Danial diikuti dengan bukti yang nyata, ialah wilayah kekuasaannya yang meliputi Mesir, Syria, Libanon, Palestina setelah Khalifah-khalifah Rasulullah masuk dalam kekuasaan Islam dan menjadi negeri-negeri Muslimin (Islam) yang tak bakal terhapuskan.

Apakah yang menyebabkan kekuasaan Islam itu cepat menguasai bekas kerajaan Nebukadnezar? Bukan pedang! Pedang itu baru boleh dicabut dari sarungnya, kalau umat Islam diserang.

Penduduk bekas kerajaan Nebukadnezar memang telah merindukan kedatangan Islam di negeri-negeri mereka, karena sudah tak tahan di bawah kekuasaan Rumawi Timur (Byzantium) dan Persia ketika itu. Karenanya, ketika pahlawan-pahlawan Islam datang di negeri-negeri itu disambutnya dengan gegap gempita, dan dengan mudahnya kekuasaan Rumawi Timur dan Persia ditumbangkan berkat bantuan penduduk negeri-negeri yang sudah tidak tahan penindasan itu.

Pokok mission yang dibawa oleh Pahlawan-pahlawan Islam itu adalah Akhlaq karimah yang diwariskan Rasulullah s.a.w kepada pengikut-pengikutnya. Dengan Akhlaq karimah itu Rasulullah s.a.w menegakkan hubungan baik dengan sesama manusia, yang diwarisi oleh pahlawan-pahlawan Islam dan kaum Muslimin pada permulaan Abad Hijriyah.

Akhlaq Karimah yang dibawa itulah merupakan “sebuah batu gunung yang gugur sendiri dengan tiada tolongan tangan”, yang menghancurkan bekas kerajaan Nebukadnezar itu, dimana kerajaan Ruwawi Timur dan Persia tidak sanggup menahannya.

Demikianlah Nubuat Taurat dan Injil itu diikuti dengan kenyataan sejarah dan tak akan terhapuskan untuk selama-selamanya, seperti yang dinubuatkan oleh Nabi Danial.

Akhirnya, kalau Umat Islam sekarang ini menyuarakan bahwa abad XV ini adalah “Kebangkitan Umat Islam”, maka yang harus dibangkitkan pada diri tiap Muslim, teristimewa pada pemimpin-pemimpinnya ialah Akhlaqul Karimah.

Penulis mengutip isi Majalah Kiblat mengenai Nubuat Taurat dan Injil diikuti kenyataan, yang dimaksud ialah bahwa kedatangan Nabi Besar Muhammad s.a.w telah tercantum atau tersebut di dalam Kitab-kitab Old Testament yang dibangsakan kepad Kitab Taurat dan New Testament yang dibangsakan kepada Kitab Injil (Old Testament = Perjanjian Lama dan New Testament = Perjanjian Baru). Hal ini Penulis maksud bahwa berita ini bukanlah rahasia dimana sudah dimuat di dalam majalah Kiblat.

Yang termasuk ke dalam Old Testament itu ialah :
o Kitab Kejadian
o Kitab Keluaran
o Kitab Lewi (Imamat)
o Kitab Bilangan
o Kitab Manga (Ulangan)
o Yosua
o Hakim2
o Rut
o 1 Samuel
o 2 Samuel
o 1 Raja
o 2 Raja
o 1 Tawarikh
o 2 Tawarikh
o Ezra
o Nehemia
o Ayub
o Mazmur
o Amsal
o Pengkhotbah
o Kidung Agung
o Yesaya
o Yeremia
o Ratapan
o Yehezkiel
o Danial
o Horsea
o Yoel
o Amos
o Obaja
o Yunus
o Mikha
o Nahum
o Habakuk
o Zepanya
o Hagai
o Zakharia
o Maleakhi
o Dan lainnya

sedangkan yang termasuk ke dalam New Testament, ialah :
o Injil Matius
o Injil Markus
o Injil Lukas
o Injil Yahya (Yohanes)
o Kisah Para Rasul
o Dan lainnya

Catatan:

o Penulis adalah Dosen Universitas Bhineka Tunggal Ika Jakarta (1972), Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi pada Lembaga Administrasi Negara (1974), Dosen Universitas Islam As-Syafi’iyah merangkap Rektor Universitas Willem Iskandar Jakarta (1977-1982) dan Dosen Universitas Muhammadiyah di Jakarta (1982) serta berbagai Jabatan lainnya
o Gambar ilustrasi by Google

Daftar Pustaka

Lubis, Ibrahim, Drs. SmHK, Agama Islam Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984
Kiblat No. 16 Thn. XXXIX, tgl. 5-20 Januari 1982, Hal. 6-9
http://id.wikipedia.org
http://eramuslim.com
http://luk.staff.ugm.ac.id/

Ternyata Google Earth Tidak Berani Tampilkan Israel Secara Rinci

Pada saat Google meluncurkan fitur layanan Google Earth di tahun 2005, perusahaan ini telah menjadi pemimpin dunia dalam menyediakan citra satelit beresolusi tinggi. Pada tahun 2010, Google Earth memungkinkan dunia untuk melihat tingkat kerusakan akibat pasca-gempa di Haiti.

Tahun ini, Google juga merilis gambar yang sama setelah Jepang mengalami tsunami dan gempa bumi mematikan. Dengan hanya satu klik, Google dapat membawa anda melihat dunia dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang sebuah peristiwa lewat komputer Anda.

Namun ada satu negara yang Google Earth tidak sajikan secara rinci (baca: 3D) kepada pemakai internet, yaitu: Israel.

Hal itu dikarenakan, pada tahun 1997, Kongres AS mengesahkan UU Otorisasi Pertahanan Nasional, dalam satu bagian UU ada yang berjudul, “Larangan pengumpulan dan pelepasan citra satelit rinci yang berhubungan dengan Israel.”

Perubahan, yang dikenal sebagai Kyl-Bingaman Amendment, menyerukan untuk instansi federal, NOAA Commercial Remote Sensing Regulatory Affairs, untuk mengatur penyebaran perbesaran gambar-gambar rinci dari Israel.

Ketika ditanya tentang peraturan tersebut, juru bicara Google mengatakan, “Gambar-gambar di Google Earth bersumber dari berbagai sumber baik dari publik dan komersial. Sumber citra kami berbasis satelit dari perusahaan Amerika yang tunduk pada hukum AS, termasuk Kyl-Bingaman Amendment yang terkait UU Otorisasi Pertahanan Nasional tahun 1997, yang membatasi resolusi tinggi citra Israel yang mungkin secara komersial didistribusikan.”


Peta wilayah Islam yang di duduki Zionis Israel

Dan bukan hanya Israel. Peraturan ini juga berlaku untuk wilayah yang didudukinya. Itu sebabnya Human Rights Watch tidak dapat memberikan gambaran rinci dari Jalur Gaza dalam laporannya. Tentu saja, pemotongan peraturan ini melalui dua cara, salah satunya juga tidak dapat melihat kerusakan di Sderot akibat roket yang ditembakkan dari Gaza .

Namun, dampak dari peraturan mungkin akan berkurang setelah semua ini disebabkan AS hanya dapat mengatur tindakan perusahaan milik negara mereka. Karena Turki baru-baru ini mengumumkan bahwa satelit Gokturk mereka akan memberikan citra beresolusi tinggi terkait Israel ketika satelit tesebut mulai melakukan operasionalnya pada tahun 2013 mendatang.

Israel sendiri tidak senang dengan kemungkinan ini: Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Al-Arabiya, “Kami mencoba untuk memastikan bahwa kami tidak difoto pada resolusi tinggi, dan sebagian besar negara mengakomodasi permintaan kami.” Pejabat itu menambahkan: “Haruskah meminta hal ini dari Turki? Kami tidak akan memintanya. Dan tidak akan ada pembicaraan terkait soal ini.”(fq/motherjones)

Eramuslim.com